Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2019, Ajak Moms dan Keluarga Cegah Tindakan Bunuh Diri

By Cecilia Ardisty, Kamis, 10 Oktober 2019 | 10:30 WIB
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (freepik)

Nakita.id - Tahukah Moms setiap 10 Oktober adalah Hari Kesehatan Jiwa Sedunia?

Tak terasa sampai hari ini (10/10/2019), Hari Kesehatan Jiwa Sedunia berlangsung untuk yang ke-27 kalinya.

Sebelumnya, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pertama kali diperingati pada 10 Oktober 1992.

Melansir dari Kompas.com melalui situs resmi World Federation For Mental Health (WFMH), sejak pertama kali pada 1992, peringatan ini menjadi agenda tahunan WFMH.

Pada 1992, peringatan ini diinisiasi oleh Wakil Sekretaris Jenderal, Richard Hunter.

Baca Juga: Jangan Abaikan Tangisan Si Kecil di Malam Hari, Bisa Berdampak Pada Kesehatan Mentalnya Moms!

Mengapa ada peringatan Hari Kesehatan Jiwa?

Saat kali pertama diperingati, tak ada tema khusus dalam peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

Tujuan awalnya, secara umum mengampanyekan advokasi kesehatan mental dan mendidik masyarakat tentang isu-isu yang relevan terkait kesehatan mental atau kesehatan jiwa.

Tiga tahun pertama, salah satu kegiatan utama adalah hadir dalam siaran televisi selama dua jam yang dilakukan secara global melalui sistem satelit agen informasi AS dari studio-studio di Talahassee, Florida.

Baca Juga: Anak Sehat Tak Hanya Ditandai oleh Fisiknya Saja, Cek Juga Kesehatan Mentalnya

Dalam siaran tersebut, anggota dewan WFMH berpartisipasi secara langsung di studio, sementara partisipasi negara lain dari Australia, Chili, Inggris, Zambia dilakukan melalui sambungan telepon.

Untuk Jenewa, Atlanta, dan Meksiko, partisipasi hadir melalui rekaman yang telah diambil sebelumnya.

Pada siaran pertamanya, secara mengejutkan panggilan telepon tak terduga datang dari Swaziland, sebuah negara kecil di bagian selatan Afrika.

Di negara itu, sekelompok anggota WFMH berkumpul untuk melihat acara tersebut.

Baca Juga: Ditinggal Istri Bunuh Diri Setelah Melahirkan, Lelaki Ini Berjuang untuk Perawatan Kesehatan Mental Para Ibu

Hal ini menyadarkan bahwa siaran pertama acara ini telah menjangkau hingga jarak yang cukup jauh.

Tema Pertama Setelah 3 tahun berjalan tanpa tema, pada 1994 atas saran sejumlah pihak, dibuat tema khusus yang mengiringi peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

Maka, tema yang dipilih saat itu adalah “Meningkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia”.

Ketika itu, sebanyak 27 negara memberikan respons atas kampanye kegiatan ini.

Pada 3 tahun pertamanya, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia menjadi momentum bagi pemerintah, organisasi, dan individu yang memiliki kepedulian terhadap kesehatan mental, untuk mengatur program yang fokus pada aspek perawatan kesehatan mental.

Hari Kesehatan Mental Dunia tak hanya diperingati selama satu hari. Biasanya, sejumlah kegiatan digelar sebagai upaya edukasi jangka panjang kepada masyarakat.

Di beberapa negara, program ini berlangsung selama beberapa hari, seminggu, bahkan dalam beberapa kasus sepanjang bulan.

Laporan diterima oleh federasi dari seluruh dunia setelah 10 Oktober setiap tahunnya.

Seiring perjalanan waktu, Hari Kesehatan Mental Dunia semakin berkembang.

Baca Juga: #LovingNotLabelling: Jangan Ganggu Kesehatan Mental Si Kecil dengan 4 Perkataan Ini Moms!

Melalui peringatan ini, federasi membuka jalan untuk mempromosikan kesehatan jiwa dan menciptakan kesadaran tentang isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan mental.

40 seconds of action Tahun ini, WHO mengajak untuk turut berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa melalui tantangan bertajuk “40 Seconds of Action”.

Dikutip dari laman resmi WHO, setiap orang bisa berperan dan berkontribusi mencegah terjadinya kasus bunuh diri.

Berdasarkan data WHO, bunuh diri terjadi setiap 40 detik sekali di seluruh dunia.

Melalui Hari Kesehatan Jiwa Dunia, mengingatkan kita bahwa mengakhiri hidup dengan cara pintas bisa terjadi pada siapa pun, tanpa mengenal latar belakang sosial maupun kelompok usia.

Jadi Moms mau berpartisipasi dalam Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini dengan menjadi pribadi yang lebih berempati?