Selain janin juga butuh suasana yang nyaman yakni dengan detak jantung yang berirama tidak terlalu cepat dan tubuh yang relaks tanpa getaran-getaran stres.
Stres juga dapat memengaruhi kondisi gizi dan emosional yang buruk karena dapat memacu gangguan metabolisme tubuh. Kondisi stres pun membutuhkan lebih banyak vitamin B dan C untuk mencerna karbohidrat yang mengakibatkan boros gizi.
Ibu pun boros mineral seperti seng, kalium, dan kalsium untuk menghasilkan hormon adrenalin yang ujungnya dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga mudah sakit.
Tak hanya itu, intensitas BAB atau diare pun biasanya lebih sering yang dikhawatirkan akan menguras cadangan makanan.
Jika tak ditangani segera bisa membuat ibu hamil mengalami dehidrasi, defisit gizi, yang akhirnya berpengaruh terhadap suplai makanan ke janin.
Suplai makanan yang kurang akan mengganggu proses pertumbuhan janin, bahkan bisa terjadi kecacatan.
Efek negatif dari kondisi ini akan muncul setelah bayi lahir.
Di antaranya, bayi lahir dengan berat badan rendah, mengalami sulit tidur di awal kelahirannya sehingga membuatnya tak cukup istirahat.
Akibatnya bayi pun mudah marah, menangis, dan sulit ditenangkan.
Bahkan berdasarkan penelitian, ketidaknyamanan di dalam kandungan dapat membuat bayi tidak memiliki ikatan yang kuat dengan ibunya.(Saeful Imam)