Ternyata Bukan Masker, Ahli Pernapasan Sebut Alat Pelindung Ini Jauh Lebih Dibutuhkan Agar Virus Corona Tidak Cepat Menyebar

By Ine Yulita Sari, Selasa, 12 Mei 2020 | 13:49 WIB
Ilustrasi virus corona (Freepik.com)

Nakita.id - Di tengah pandemi COVID-19 yang perlahan meningkat, para peneliti menelusuri apa yang membuat virus ini menyebar dengan mudah hampir ke seluruh dunia.

Sejumlah analisis genetik dan struktural telah mengidentifikasi fitur kunci dari virus yang mungkin dapat menjelaskan mengapa COVID-19 menginfeksi sel manusia dengan mudah.

Baca Juga: Masih Pontang-panting Memerangi Covid-19, Peneliti Justru Ungkap Munculnya Dua Jenis Virus Corona Baru di Indonesia, Mungkinkah Juni Akan Mereda?

Seperti yang kita ketahui, virus Corona adalah keluarga besar virus yang termasuk di dalamnya adalah virus patogen penyakit SARS (severe acute respiratory syndrome) dan MERS (Middle East respiratory syndrome).

Gejala umum berupa hidung tersumbat, batuk, radang tenggorokan, dan sakit kepala.

Selanjutnya, untuk mereka yang memiliki sistem imun yang rendah, contohnya anak kecil dan para lansia, risiko virus menjadi penyakit pernapasan lebih besar dari mereka yang imunitasnya tinggi.

Baca Juga: Masih Dibuat Ketar-Ketir dengan Gelombang Kedua Virus Corona, Presiden Joko Widodo Bongkar Akan Lakukan Hal Ini untuk Mencegahnya

Pihak berwenang mengatakan virus Corona Wuhan telah menyebar dari hewan ke manusia, dapat ditularkan antar manusia, dan pada manusia dengan imunitas rendah kasusnya menjadi pneumonia.

Pneumonia dan SARS serta MERS terbilang cukup mirip, bedanya SARS dan MERS tercatat membutuhkan waktu lebih lama untuk berkembang dari virus menjadi penyakit.

Para ahli sedang mencoba memahami bagaimana virus tersebut tetap menyebar dari satu inang hidup ke inang hidup lainnya.

Risiko penyebaran paling besar terjadi di rumah sakit atau tempat publik yang ramai lainnya.

 

Baca Juga: Apa Itu Pandemi? Begini Cara Menjelaskan Pandemi Kepada Anak di Rumah

Tercatat, 14 dokter dan perawat yang mengoperasi 1 pasien tiba-tiba terinfeksi semuanya.

Menariknya, pasien tersebut justru sebelumnya tidak diketahui jika menjadi inang virus tersebut.

Ilmuwan di China mengatakan virus ini 'melompat' dari kelelawar ke ular, yang dijual di pasar ikan di Wuhan, baru selanjutnya ke manusia.

Namun masih jadi pertanyaan bagaimana virus tersebut beradaptasi dengan cepat dari organisme berdarah dingin ke organisme berdarah panas.

Baca Juga: Bak Bumi dan Langit! Meski Ada Pandemi Corona, THR PNS Dipastikan Bakal Cair Minggu Ini, Para Buruh Terpaksa Telan Pil Pahit Tunjangannya Dicicil Bahkan Ditunda

Masih perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk tentukan sumber hewan yang menjadi inang awal virus ini.

China telah mengadopsi pencegahan dan pengukuran terkontrol yang digunakan untuk epidemi besar seperti kolera.

Artinya, petugas kesehatan memiliki kuasa untuk mengunci area yang terinfeksi dan pasien yang dikarantina.

Sementara waktu, Wuhan telah menutup bandara dan stasiun kereta api untuk penumpang yang akan bepergian.

Baca Juga: Ditemukan 5 Ribu Lebih Jenis Virus Corona dan Diduga Terus Mengalami Mutasi, Peneliti Khawatir Pengembangan Vaksin Akan Sia-sia, 'Ini Adalah Peringatan Dini'

Semua transportasi publik juga masih ditahan sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Sementara itu, kota Wuhan telah membuat mandat untuk semua orang untuk mengenakan masker wajah di tempat publik setelah jumlah kasus viruscorona mencapai 500.

Meski begitu, seorang dokter ahli yang sedang mengerjakan risetnya mengenai virus Corona, mengatakan masker mulut pun tidak cukup untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Wang Guangfa, dokter terkemuka yang telah 'berperang' di China melawan SARS tahun 2003 silam, telah terinfeksi virus Corona sendiri tetapi sudah sembuh.

Wang yakin ia terinfeksi justru karena ia tidak mengenakan pelindung mata.

Wang, yang juga ahli pernapasan di Rumah Sakit Universitas Peking Beijing melaporkan ia telah diolok-olok di media setelah mengatakan penyakit yang disebabkan oleh virus Corona dapat dicegah dan dikontrol, dua minggu yang lalu.

Kini ia mengklaim pernyataan yang kontradiktif dengan pernyataan sebelumnya disebabkan kurangnya pelindung mata saat ia mengunjungi klinik demam dan ruang isolasi di Wuhan, tempat kasus mencuat.

Ia melaporkan: "Saat itu kami sudah sangat berhati-hati dan mengenakan masker M95.

Baca Juga: Ditemukan 5 Ribu Lebih Jenis Virus Corona dan Diduga Terus Mengalami Mutasi, Peneliti Khawatir Pengembangan Vaksin Akan Sia-sia, 'Ini Adalah Peringatan Dini'

"Namun aku segera sadar jika kami tidak mengenakan kacamata pelindung."

Ia juga mengatakan adanya gejala mata merah setelah ia kembali ke Beijing, dan tiga jam kemudian ia mulai mengalami demam dan hidung tersumbat akibat ingus yang parah.

Awalnya, ia mengira ia sakit flu karena ia belum pernah melihat pasien Wuhan menderita dari hidung tersumbat sebelumnya.

Namun selanjutnya obat flu tidak berhasil mengobatinya, dan saat diuji tes corona, ia positif mengidap penyakit tersebut.

Ia menduga, virus tersebut masuk ke tubuhnya melewati matanya. Itu penjelasan paling masuk akal baginya.

Kini, seorang ahli Komisi Kesehatan China Li Lanjuan mengatakan staff yang akan menangani langsung pasien virus corona harus menggunakan kacamata pelindung.

Namun orang lain cukup mengenakan masker wajah. Jika dibandingkan dengan virus SARS, dilansir dari CNN ilmuwan menyatakan jika tingkat infeksi virus ini tidak sekuat SARS.

Baca Juga: Masih Pontang-panting Memerangi Covid-19, Peneliti Justru Ungkap Munculnya Dua Jenis Virus Corona Baru di Indonesia, Mungkinkah Juni Akan Mereda?

Artikel ini telah tayang di Intisari.grid.id dengan judul "Misteri Mengapa Virus Corona Menyebar Dengan Cepat Kini Terkuak, Ahli Ungkapkan Penyebarannya Cukup Lewat Salah Satu Indra Manusia, Simak Penjelasan Selengkapnya"