Nakita.id - Menjadi seorang surrogate mother dan 'meminjamkan rahimnya' pada orang lain tentunya merupakan pilihan.
Berbagai motif menjadi alasan dari perempuan untuk meng-iyakan rahimnya dipinjam.
Tiga sosok ini merupakan segelintir perempuan yang berpengalaman menjadi surrogate mother.
Nyatanya, menjadi seorang surrogate mother, tidaklah mudah. Ternyata, banyak hal yang harus dikorbankan.
BACA JUGA : Jeremy Teti: LGBT Bisa Sewa Rahim. Tapi Risikonya Mana Tahan
Moms, inilah kisah mereka.
1. Robin Kaufer, 50 tahun, dari Seattle, Washington
"Bagian tersulit adalah saat mereka membawa bayi itu.... dari saya."
Kaufer adalah surrogate mother bagi kakak temannya.
Saat temannya bercerita bahwa kakaknya tersebut tidak bisa hamil, ia menawarkan dirinya untuk meminjamkan rahim.
Sebagai single parent, ia menjalani in vitro untuk mendapatkan anak dan ia ingin membantu kakak temannya itu.
Butuh empat percobaan hingga ia bisa hamil saat menjadi surrogate mother.
"Keguguran tiga kehamilan terasa berat bagiku, tapi bagian terberat adalah saat mereka membawa bayi itu dariku."
BACA JUGA : Malangnya Bayi dari Hasil 'Sewa Rahim' Ini, Cacat Lalu Dibuang
Perasaannya 'campur aduk' saat menjalani proses persalinan.
Hingga beberapa saat setelah kelahiran, bayi yang sudah dikandung dan dilahirkannya benar-benar dibawa pergi.
Selama lebih dari seminggu ia seperti depresi. Hatinya terpukul saat menghadapi kenyataan untuk berpisah dengan sang bayi.
"Saya menjadi gila selama seminggu setengah. Ini benar-benar merobek hati, saya sangat terkejut."