Hal Buruk Ini Terjadi Pada 3 Perempuan yang Pernah Menyewakan Rahimnya

By Anisyah Kusumawati, Rabu, 27 Desember 2017 | 19:51 WIB
()

Nakita.id - Menjadi seorang surrogate mother dan 'meminjamkan rahimnya' pada orang lain tentunya merupakan pilihan.

Berbagai motif menjadi alasan dari perempuan untuk meng-iyakan rahimnya dipinjam.

Tiga sosok ini merupakan segelintir perempuan yang berpengalaman menjadi surrogate mother. 

Nyatanya, menjadi seorang surrogate mother, tidaklah mudah. Ternyata, banyak hal yang harus dikorbankan.

BACA JUGA : Jeremy Teti: LGBT Bisa Sewa Rahim. Tapi Risikonya Mana Tahan

Moms, inilah kisah mereka.

1. Robin Kaufer, 50 tahun, dari Seattle, Washington

"Bagian tersulit adalah saat mereka membawa bayi itu.... dari saya."

Kaufer adalah surrogate mother bagi kakak temannya.

Saat temannya bercerita bahwa kakaknya tersebut tidak bisa hamil, ia menawarkan dirinya untuk meminjamkan rahim.

Sebagai single parent, ia menjalani in vitro untuk mendapatkan anak dan ia ingin membantu kakak temannya itu.

Butuh empat percobaan hingga ia bisa hamil saat menjadi surrogate mother.

"Keguguran tiga kehamilan terasa berat bagiku, tapi bagian terberat adalah saat mereka membawa bayi itu dariku."

BACA JUGA : Malangnya Bayi dari Hasil 'Sewa Rahim' Ini, Cacat Lalu Dibuang

Perasaannya 'campur aduk' saat menjalani proses persalinan.

Hingga beberapa saat setelah kelahiran, bayi yang sudah dikandung dan dilahirkannya benar-benar dibawa pergi.

Selama lebih dari seminggu ia seperti depresi. Hatinya terpukul saat menghadapi kenyataan untuk berpisah dengan sang bayi.

"Saya menjadi gila selama seminggu setengah. Ini benar-benar merobek hati, saya sangat terkejut."

2. Kymberli Barney, 33 tahun, dari Hinesville, Georgia

"Bagian tersulit adalah menanggung beban ketidaksuburan."

Barney dan suaminya awalnya mengalami kesulitan untuk hamil.

Begitu masalah ketidaksuburan sudah dapat dipecahkan, ia dapat hamil dengan mudah.

Baginya, menjadi surrogate mother adalah caranya 'membalas budi'.

Di tahun 2007 ia memutuskan menjadi surrogate mother. 

Menyaksikan binar mata dari kedua orang tua sang bayi membuatnya berpikir bahwa ia telah melakukan sesuatu yang penting bagi orang lain.

BACA JUGA : Hanya Butuh Waktu 10 Menit, Ini Cara Aktor Jepang Turunkan Berat Badan Hingga 30 Kg

Sejak saat itu ia kemudian mencoba telah terlibat aktif dan melakukannya sebanyak empat kali, tapi tidak pernah berhasil lagi.

Hingga akhirnya ia merasa lelah secara fisik dan mental, jadi ia pun memutuskan untuk "pensiun"

"Bagian tersulit bagi saya adalah memikul banyak beban ketidaksuburan. Setiap kali terjadi keguguran dini atau perpindahan yang gagal, saya merasa sedih, sedih dan seperti memiliki beban pada orang lain".

3. Natasha Skinner,37 tahun, dari Annapolis, Maryland

"Bagian tersulitnya adalah 'suntikan' saat prosesnya"

Skinner menjadi surrogate mother bagi saudara iparnya. Saudara iparnya mengalami fibrosis kistik sehingga dia tidak bisa melahirkan anak, tapi secara genetis bisa memiliki bayi yang sehat dengan sel telur dan spermanya. 

Sebagai sesama support system dan sering dibantu juga, ia dengan suka rela menjalaninya.

"Bagian tersulit adalah suntikannya.

Itu sehari-hari, dua kali dalam sehari, dan itu menyakitkan.

Selain itu, rasanya tidak enak. Dengan kehamilan saya sendiri, saya merasa baik setelah 13 minggu, tapi untuk yang satu ini, itu adalah 19 minggu.

BACA JUGA : Moms Manjakan Dads dengan Miss V yang Rapet Malam ini, Begini Caranya!

Ia pun mengaku menjalaninya karena tanggung jawab sebagai keluarga. 

"Tapi saya mungkin tidak akan bisa melakukannya untuk seseorang yang bukan anggota keluarga. Untung bagi saya, ini keponakan saya. Saya bisa melihatnya dan saya tahu bagaimana keadaan bayi itu."