Dibayar Mahal Untuk Mengandung Anak Orang Lain. Kisah Sewa Rahim Di India.

By Soesanti Harini Hartono, Rabu, 27 Desember 2017 | 20:39 WIB
Dokter Nayla Patel sedang memeriksa salah satu ibu yang menyewakan rahimnya. ()

Nakita.id.- Bagaimana rasanya dibayar untuk mengandung anak orang lain? Mungkin bisa Moms tanyakan pada perempuan-perempuan di kota Anand di Negara Bagian Gujarat, India. Letaknya sekitar 600 km dari New Delhi.

Di tempat ini tumbuh bak jamur klinik kehamilan dan bersalin, yang mengkhususkan diri merawat para perempuan yang meminjamkan rahim mereka untuk membesarkan perkawinan sperma dan sel telur dari pasangan asing.

The Akanksha Infertility Clinic di Anand, contohnya, merupakan salah satu pusat surrogacy komersial di India. Klinik ini menawarkan layanan ibu pengganti sejak sekitar 10 tahun lalu. Sudah lebih dari 700 bayi lahir dari rahim-rahim sewaan.

BACA JUGA: Ditinggal Suami Saat Hamil, Perempuan Ini Justru Alami Hal Bahagia Ini

Perempuan-perempuan di klinik ini perutnya hanya dipinjam sementara oleh banyak orang barat lantaran praktik sewa rahim di negara mereka terlalu mahal dan ilegal, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail.

Setiap perempuan mendapatkan uang kompensasi sebesar Rp 90,1 juta per kehamilan. Jumlah uang itu diakui mereka sangat membantu kehidupan warga desa miskin rata-rata hanya berpenghasilan Rp 14 ribu sehari.

Sementara biaya melahirkan sekitar Rp 326,2 juta sudah dibayarkan oleh orangtua biologis si bayi.

Sarla Patelia, 40 tahun, warga Desa Manjipura sekitar 25 kilometer dari Anand sudah dua kali melahirkan bayi milik orang asing yakni 2009 dan 2012. Dari kelahiran itu dia mampu membangun rumah dua lantai dan memindahkan keluarganya.

Sebelum mempunyai tempat tinggal layak, Sarla mendiami gubuk beratap seng. Dia bahkan mampu membiayai operasi tumor suaminya sebesar Rp 28,2 juta.

"Kami tidak punya pekerjaan sampai saat ini. Sehari-hari hidup dari uang hasil sewa rahim," ujar Sarla.

BACA JUGA: Selain Bahaya Bagi Bayi, Sewa Rahim Memberikan Dampak Buruk Bagi Ibu

Sewa rahim ini disahkan di India 12 tahun lalu namun di sejumlah negara seperti Inggris dan Australia ini dilarang. Di Amerika Serikat sebenarnya sudah diperbolehkan namun biayanya lima kali lipat ketimbang di Negeri Hindustan.

Dr. Nayna Patel direktur Klinik Akanksha mengatakan sewa rahim di negaranya menjadi populer selain harga murah, paramedisnya dinilai sudah mampu melakukan itu, serta teknologi yang baik.

"Perempuan di sini juga dikenal gaya hidup ketimuran. Mereka tidak suka menenggak minuman beralkohol, merokok, dan memakai narkotika," ujar Patel

Patel mengaku, kliennya tersebar ada di 34 negara. Setiap klien dipatok sekitar US$ 28.000 atau sekitar Rp 322 juta untuk dicarikan ibu pengganti yang cocok dari puluhan wanita yang menawarkan diri.

Uang itu digunakan untuk menyediakan makanan sehat dan akomodasi ibu pengganti selama hamil.

Praktik penyewaan rahim komersil diperkirakan bernilai lebih dari US$ 1 miliar per tahun di India.

Patel sendiri berencana membuka rumah sakit baru seluas 1 hektar, cukup besar untuk dihuni 100 orang ibu pengganti dan 40 klien.

Nantinya Patel juga akan membangun apartemen yang dikhususkan untuk klien yang ingin menjenguk janinnya.

BACA JUGA: Ternyata, Infertilitas Meningkatkan Risiko Kematian Di Usia Muda

Tapi larangan penyewaan rahim secara komersial sudah lama menjadi tuntutan banyak kelompok perempuan, termasuk Komnas Perempuan India.

Ketuanya Lalita Kumara Mangalam mengatakan penyewaan rahim mengeksploitasi kemiskinan dan melanggar martabat perempuan.

“Tidak ada penjelasan dan persetujuan. Satu-satunya alasan mereka menyewakan rahimnya agar bisa keluar dari kemiskinan. Jadi ini satu-satunya pilihan yang mereka punya. jika Anda melihatnya sebagai pilihan.

Dan begitu kata komersial masuk ke dalamnya, maka eksploitasi perempuan miskin dimulai. "

Klinik dan rumah penyewaan rahim kerap dituduh membayar para ibu pengganti dengan harga lebih rendah  dari yang seharusnya dan memperlakukan mereka seperti sandera selama sembilan bulan kehamilan mereka.

Dalam beberapa kasus, orangtua penyewa rahim meninggalkan bayi yang lahir cacat.

Para ahli mengatakan ada masalah etika, sosial dan hukum yang terlibat dalam penyewaan rahim. Tapi larangan langsung hanya akan memperburuk situasi.

BACA JUGA: Hal Buruk Ini Terjadi Pada 3 Perempuan yang Pernah Menyewakan Rahimnya

Ranjana Kumari, Direktur Pusat Kajian Sosial di New Delhi mengatakan aturan yang ketat dan pelaksanaan yang efektif akan menjadi solusi yang lebih baik.

“Melarang adalah langkah terburuk yang bisa kita lakukan dan itu tidak pernah memecahkan masalah apa pun. Maka yang penting adalah adanya UU yang mengatur seluruh proses.”

Banyak warga India yang khawatir, UU ini hanya akan mendorong pasangan penyewa rahim mencarinya di pasar gelap. (*)

(Soesanti Harini Hartono / Nakita.id)