Nakita.id - Perlu diketahui bahwa psikososial perlu Moms perhatikan agar tidak terjadi gangguan di kemudian hari.
Psikososial anak sendiri merupakan hubungan antara kondisi mental dan emosi anak ketika Si Kecil berada di lingkungan sosialnya.
Ketika tidak bisa mengatasinya, Si Kecil akan mengalami gangguan psikososial yang ternyata angka kasusnya sangat mencengangkan.
Baca Juga: Tingkatkan Kesehatan Fisik dan Mental Anak dengan Mengajaknya Berkebun #FamilyQuality
Pada webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau Kemen PPPA dijabarkan hasil survey nasional pengalaman hidup anak dan remaja pada 2018.
Hasil survey tersebut menunjukkan data kekerasan fisik serta kekerasan emosional yang dialami anak perempuan dan laki-laki.
Data kekerasan fisik yang dialami anak-anak yaitu 1 dari 5 anak perempuan dan 1 dari 3 anak laki-laki.
Sementara kekerasan emosional yang dialami sebanyak 3 dari 5 anak perempuan dan 1 dari 2 anak laki-laki.
Baca Juga: Anak Sering Pesimis? Tumbuhkan Rasa Optimis dan Percaya Dirinya Lewat 6 Langkah Tepat Ini
Tak henti sampai di situ, hasil riset kesehatan dasar pada 2018 menunjukkan bahwa gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang 15-24 tahun sebanyak 6,2%.
Pasti Moms juga pernah mendengar berbagai pemberitaan terkait bullying, pelajar yang mengakhiri hidupnya, dan masalah lainnya yang terjadi di usia anak-anak.
Masalah-masalah tersebut muncul dari gangguan psikososial yang tidak dapat teratasi.
Lalu apa saja faktor risiko yang bisa menyebabkan gangguan psikososial?
Seorang psikolog anak, Rahajeng Ikawahyu I, M.Si, Psikolog menyebutkan faktor risiko yang bisa berujung pada gangguan psikososial yaitu kerentanan kondisi fisik, gizi, pendidikan, orientasi seksual, dan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, perceraian juga bisa menjadi faktor risikonya karena merasa kehilangan figur dari salah satu atau kedua orangtuanya.
Pernah mengalami kekerasan baik di rumah atau pun di sekolah juga bisa menjaid faktor risikonya.
Di samping itu, kecanduan terhada permainan, gawai, internet, dan lainnya juga bisa menjadi faktor risikonya.
Untuk upaya perlindungan anak tentu saja melalui keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Dalam keluarga bisa dimulai dengan Moms membaca dan memahami terkait gangguan psikososial pada anak.
Salah satu caranya bisa melalui buku yang baru saja diluncurkan oleh Kementerian PPPA yang berjudul penanganan gangguan psikososial pada peserta didik.
Melalui buku tersebut, Moms bisa mendampingi Si Kecil dalam pemahaman terkait gangguan psikososial, pendeteksian dini, meningkatkan kepekaan pada kondisi psikososial Si Kecil, dan cara merespon kondisi anak yang berisiko atau sudah mengalaminya.
Baca Juga: Bukan Nakal, Perilaku Buruk Anak Bisa Jadi Tanda Gangguan Kesehatan Mental!
Tak hanya dalam keluarga, buku ini juga berguna untuk membantu pencegahan dan perlindungan Si Kecil di sekolah.
Hal itu karena dalam buku ini juga dapat membantu guru untuk memahami tahap perkembangan emosi dan sosial siswa dan memperluas wawasan guru sehingga menciptakan sekolah dengan lingkungan yang aman tenang, dan nyaman.
Sementara untuk perlindungan anak dalam lingkungan masyarakat Kementerian PPPA sudah menyediakan layanan SEJIWA dan program SAPA 129.
Baca Juga: Orangtua Wajib Tahu, Ini 7 Cara Agar Kesehatan Mental Anak Tetap Terjaga