Hati-hati Moms! Kandungan dalam Ikan Ini Picu Resiko Berbahaya Bagi Perkembangan Otak, Jangan Terlalu Sering

By Syifa Amalia, Sabtu, 5 Maret 2022 | 19:31 WIB
Kandungan dalam ikan ini dapat picu kondisi berbahaya bagi otak. (pixabay.com/cattaline)

Nakita.id – Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh, tentu akan berpengaruh pada kesehatan.

Nutrisi yang terkandung dalam makanan memiliki manfaat yang berbeda-beda. Ada yang berguna untuk kesehatan jantung, hati, termasuk kesehatan otak.

Kesehatan otak sangat dipengaruhi oleh gaya hidup Moms setiap harinya. Bahkan terdapat makanan dapat membantu, atau justru membahayakan, otak, dan memori.

Meskipun ada banyak makanan yang diketahui dapat mencegah kehilangan ingatan, ada makanan lain yang dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan ingatan dan penyakit Alzheimer.

Namun tenang saja Moms. Untungnya, Moms dapat mengubah risiko kehilangan ingatan dengan menghindari makanan ini dan mempraktikkan kebiasaan makan yang sehat.

Melansir dari Eat This, terdapat 4 kebiasaan yang dapat berakibat buruk pada perkembangan otak Moms. Kalau tidak dibatasi bisa berakibat kehilangan memori.

1. Makan terlalu banyak karbohidrat olahan

Contoh karbohidrat olahan termasuk tepung putih dan gula, dan makanan umum yang dibuat dengan bahan-bahan ini, seperti roti putih, sereal, dan pasta.

Ketika melihat populasi lansia, risiko gangguan kognitif ringan atau demensia meningkat pada mereka yang mengonsumsi banyak kalori dari karbohidrat.

Baca Juga: Sederet Manfaat Makan Ikan Setiap Hari untuk Kesehatan, Salah Satunya Bisa Cegah Kelahiran Prematur

Karbohidrat jenis ini juga dikenal memiliki indeks glikemik tinggi. Semakin dramatis kenaikan gula darah, semakin tinggi beban glikemik. Studi telah menemukan bahkan hanya satu kali makan yang mengandung beban glikemik tinggi dapat mengganggu kinerja memori pada anak-anak dan dewasa muda yang sehat.

2. Terlalu banyak mengkonsumsi ikan yang tinggi merkuri

Merkuri dapat terakumulasi di air dan ikan-ikan yang menghuni perairan tersebut. Ikan yang lebih besar dengan masa hidup yang lebih lama, seperti tuna, ikan todak, dan king mackerel, lebih rentan terhadap kontaminasi merkuri dan harus dibatasi di antara anak-anak dan wanita hamil karena mereka lebih rentan terhadap efek toksik merkuri.

Logam berat ini dianggap sebagai neurotoksin dan dapat mengganggu sistem saraf dan perkembangan otak, dan penelitian menunjukkan keracunan merkuri dapat menyebabkan cerebral palsy dan keterlambatan perkembangan

Sementara populasi tertentu lebih berisiko mengalami komplikasi serius, orang dewasa dapat dengan aman mengonsumsi dua hingga tiga porsi ikan per minggu sebagai bagian dari diet sehat.

Faktanya, beberapa jenis ikan, seperti tuna dan salmon, mengandung lemak omega-3 esensial, dan semua jenis ikan padat protein dan mengandung banyak vitamin dan mineral penting.

3. Menggunakan pemanis buatan

Pengganti gula, seperti aspartam, memiliki manfaat memberikan rasa manis tanpa kalori, alternatif gula ini kontroversial dalam hal metrik kesehatan, termasuk kesehatan otak.

Satu studi mengamati karakteristik kognisi, suasana hati, dan depresi pada individu yang mengikuti diet aspartam tinggi, dan menemukan bahwa individu-individu ini lebih mudah tersinggung, menunjukkan lebih banyak depresi, dan skor lebih rendah pada satu tes kognitif daripada ketika mengikuti diet aspartam rendah.

Baca Juga: Ini Dia Makanan Terbaik untuk Perkembangan Otak Anak, Wajib Moms Ketahui Jika Ingin Anak Berprestasi di Kelas

Sementara penelitian khusus ini tidak mengamati pengaruh pada memori kerja, penelitian lain yang dilakukan pada tikus mengamati gangguan kinerja memori pada tikus yang diberikan aspartam.

Para peneliti menyarankan hasil memori negatif kemungkinan karena peningkatan stres oksidatif dan penurunan ketersediaan glukosa ke otak setelah pemberian aspartam berulang.

Moms dapat mengasosiasikan pemanis buatan dengan minuman diet, dan itu adalah salah satu sumber makanan pengganti gula ini.

Namun, Moms juga akan menemukan aspartam dan alternatif gula lainnya dalam yogurt rasa, permen bebas gula, dan permen lainnya, batang protein, dan permen karet.

4. Mengkonsumsi lemak berkualitas rendah

Lemak trans adalah bentuk lemak tak jenuh yang diproduksi yang dianggap memiliki efek negatif pada tubuh dan otak.

Selain itu, lemak jenuh, yang sebagian besar ditemukan dalam produk hewani, mungkin juga memiliki dampak yang mengkhawatirkan pada otak.

Satu studi mencatat bahwa konsumsi lemak jenuh dan lemak trans yang lebih besar dikaitkan dengan ingatan dan pengenalan yang buruk pada tes kinerja kognitif.

Studi lain menemukan hasil serupa yang mencatat hubungan antara asupan lemak jenuh dan lemak trans dan risiko gangguan kognitif.

Baca Juga: Pentingnya Orang Tua Mempelajari Neurosains, Agar Memahami Peran Otak Anak Dalam Tumbuh Kembang dan Pengajaran