Ciri-ciri Stunting pada Anak dan Dampaknya untuk Tumbuh Kembang Anak dan Psikologisnya

By Kintan Nabila, Jumat, 14 Oktober 2022 | 08:19 WIB
Ciri-ciri stunting dan dampaknya untuk tumbuh kembang anak (Dok. Nakita/Adel)

Nakita.id - Permasalahan stunting di Indonesia seringkali membuat para orang tua khawatir.

Kondisi ini dapat memengaruhi tumbuh kembang anak dan kondisi psikologisnya.

Yuk, kenali ciri-ciri stunting dan dampak stunting pada anak.

Menurut data dari WHO, terdapat 178 juta anak di bawah usia lima tahun dinseluruh dunia yang diperkirakan mengalami pertumbuhan terhambat karena stunting.

Stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama.

Ymumnya disebabkan oleh asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Permasalahan stunting terjadi sejak anak berada dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun.

Bagi UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan.

Dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis).

Hal ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO.

Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga kerap kali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal.

Baca Juga: Sekilas Tampak Mirip, Ternyata Ini Perbedaan Anak Kurus Sehat dan Kurang Gizi Menurut Ahli

Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk.

Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, berikut ciri-ciri stunting dan dampaknya

Ciri-ciri Stunting

- Anak tidak tumbuh dengan kecepatan normal sesuai usianya.

- Pertumbuhan gigi terhambat

- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya.

- Kemampuan fokus dan memori belajarnya dibawah rata-rata.

- Gangguan konsentrasi bisa berpengaruh pada cara berkomunikasi.

- Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya.

- Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun karena malnutrisi.

- Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).

· Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

Baca Juga: Program Bidan Cegah Stunting, Dilakukan Sejak di Awal Kehamilan dan Setelah Anak Lahir

Dampak stunting

1. Aspek kesehatan

Anak stunting bisa mengalami gangguan gizi, yang berpengaruh terhadap perkembangan otak, fisik dan organ-organ metaboliknya.

Anak dengan stunting juga berisiko mengalami hipertensi, obesitas, sakit jantung dan lain sebagainya.

Di usia 40 tahun, anak stunting pun berisiko terkena penyakit metabolik disorder, seperti kencing manis, dan penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.

2. Dampak psikologis

Dampak stunting adalah gangguan emosi, rendahnya kemampuan anak dalam bersoasialisasi, adanya masalah motorik, dan lain sebagainya.

Berdasarkan studi UNICEF Indonesia tahun 2012, anak stunting performa di sekolahnya cenderung buruk dibandingkan anak yang tidak stunting.

Akibatnya, banyak anak stunting yang putus sekolah karena kemampuan berpikirnya yang kurang.

3. Dampak ekonomi

Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi san meningkatkan kemiskinan suatu negara.

Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja.

Sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%.

Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/inequality.

Sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi.

Baca Juga: Fungsi Posyandu dalam Penanganan Stunting, Aktif Melakukan Pemeriksaan Rutin Sejak Bayi dalam Kandungan