Kemenkes Beri Peringatan Bahaya Stunting dan Anjurkan Pencegahan

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Rabu, 22 Mei 2024 | 19:30 WIB
Kemenkes ungkap bahaya stunting (Nakita.id/Nita)

Nakita.id - Stunting adalah kondisi yang mengindikasikan gangguan pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka waktu lama, terutama pada seribu hari pertama kehidupan.

Mengutip dari Yankes Kemkes, menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), stunting tidak hanya menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan teman sebayanya, tetapi juga mempengaruhi perkembangan otak.

Kondisi tersebut berdampak pada kemampuan kognitif dan performa akademik anak​.

Anak-anak yang mengalami stunting cenderung lebih rentan terhadap penyakit, memiliki kekebalan tubuh yang lemah, dan berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan kronis seperti diabetes dan hipertensi di masa dewasa​.

Selain itu, stunting juga berdampak pada aspek ekonomi dan sosial.

Anak-anak yang tumbuh dengan kondisi stunting cenderung memiliki produktivitas kerja yang lebih rendah saat dewasa, yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan​.

Penyebab utama stunting adalah ketidakcukupan asupan gizi selama kehamilan dan masa anak-anak, serta buruknya sanitasi dan kebersihan lingkungan.

KemenPPPA menekankan pentingnya pemenuhan gizi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama, dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi setelahnya​​.

Selain itu, akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai juga sangat penting dalam pencegahan stunting​.

Pemerintah Indonesia telah berupaya menurunkan angka stunting yang masih tinggi dibandingkan standar WHO.

Pada tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 27,6%, yang masih lebih tinggi dari target WHO sebesar 20%​.

Baca Juga: Negara China Berhasil Menurunkan Angka Stunting, Inilah Rahasianya

Program-program yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi dan kesehatan ibu serta anak, pemantauan pertumbuhan anak di posyandu, dan perbaikan sanitasi merupakan langkah-langkah strategis yang terus digalakkan untuk mengatasi masalah ini​.

Dengan pemahaman dan tindakan yang tepat, diharapkan angka stunting di Indonesia dapat terus menurun, sehingga anak-anak Indonesia dapat tumbuh dengan sehat dan produktif, serta mampu berkontribusi optimal bagi masa depan bangsa.

Untuk mencegah stunting, Kemenkes merekomendasikan beberapa langkah penting yang melibatkan perawatan sejak sebelum kelahiran hingga masa kanak-kanak awal:

1. Memenuhi Kebutuhan Gizi Sejak Hamil

Ibu hamil harus mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang. Konsumsi makanan sehat dan bergizi, serta suplemen atas anjuran dokter, sangat penting untuk memastikan perkembangan janin yang optimal. Pemeriksaan kehamilan secara rutin minimal enam kali selama kehamilan juga sangat dianjurkan​.

2. Pemberian ASI Eksklusif

Bayi harus diberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya. ASI mengandung gizi mikro dan makro yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh​.

3. Makanan Pendamping ASI (MPASI)

Setelah usia enam bulan, bayi mulai diberikan MPASI yang sehat dan bergizi. Makanan ini harus memenuhi kebutuhan nutrisi yang sebelumnya didapatkan dari ASI.

Pemberian makanan dengan fortifikasi atau penambahan nutrisi juga dianjurkan untuk memastikan asupan gizi yang cukup​.

4. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak

Baca Juga: Mengetahui Gejala Stunting Panduan Kemenkes Terbaru untuk Penanganan

Orang tua perlu rutin memantau tinggi dan berat badan anak. Membawa anak ke Posyandu atau klinik anak secara berkala membantu mendeteksi dini masalah tumbuh kembang sehingga bisa segera diintervensi jika ada tanda-tanda stunting.

5. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Lingkungan yang bersih sangat penting untuk mencegah infeksi yang bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Penyakit seperti diare seringkali disebabkan oleh lingkungan yang tidak higienis, dan penyakit ini berkontribusi pada terjadinya stunting​.

6. Intervensi Gizi Pada Remaja Putri

Kemenkes juga menekankan pentingnya pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri guna mencegah anemia yang bisa mempengaruhi kehamilan di masa depan.

Program seperti "Aksi Bergizi" di sekolah-sekolah bertujuan untuk memastikan remaja putri mendapatkan cukup zat besi melalui TTD mingguan​.

7. Pemberian Protein Hewani

Pada anak usia 6-24 bulan, pemberian makanan tambahan yang kaya protein hewani sangat dianjurkan.

Sumber protein seperti telur, ikan, ayam, dan daging, meskipun sederhana, sangat efektif untuk mendukung pertumbuhan anak​.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan angka stunting di Indonesia dapat terus menurun, sehingga generasi mendatang dapat tumbuh dengan optimal dan sehat.

Baca Juga: Mengapa Stunting Terjadi pada Anak dari Ibu yang Kurang Pendidikan?