Adventure Parenting, Membentuk Generasi Anak yang Tangguh dan Kreatif Lewat Petualangan

By Poetri Hanzani, Senin, 30 September 2024 | 14:13 WIB
Pentingnya adventure parenting dalam pola pengasuhan. (Nakita / Poetri)

Nakita.id - Penerapan pola pengasuhan yang tepat adalah fundamental dalam membantu anak tumbuh menjadi individu yang sehat, bahagia, dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

Orang tua yang memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pengasuhan yang baik akan memberi anak-anak mereka pondasi yang kuat untuk masa depan yang sukses.

Setiap orang tua pasti memiliki pola pengasuhan berbeda pada anak-anaknya. Namun, apakah Moms dan Dads pernah mendengar mengenai adventure parenting?

Mengenal Adventure Parenting

Adventure parenting adalah pendekatan dalam pengasuhan anak yang menekankan pengalaman eksplorasi, petualangan, dan koneksi dengan alam.

Konsep ini bertujuan untuk memberikan anak-anak kesempatan untuk belajar dan tumbuh melalui kegiatan di luar ruangan, seperti hiking, camping, dan bermain di alam bebas.

Pendekatan adventure parenting membantu anak-anak menjadi individu yang lebih baik, siap menghadapi tantangan hidup, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Sering kali, orang tua dihadapkan dengan tantangan yang muncul saat anak-anak beralih dari SD ke SMP, terutama saat mereka memasuki fase pra-remaja. Dalam periode ini, anak-anak dan orang tua mungkin akan menghadapi berbagai tantangan utama.

Maka, perlu cara yang efektif untuk mempersiapkan perkembangan anak-anak mereka. Karena itu, pendekatan adventure parenting bisa menjadi cara untuk membantu orang tua membangun karakter dan budi pekerti anak-anak.

"Menjadi orang tua adalah perjalanan yang penuh tantangan dan tekanan. Karena itu, penting bagi orang tua untuk menekankan pentingnya mindset petualangan dalam parenting, di mana orang dan anak dapat bersama-sama menghadapi tantangan sehari-hari demi memperkuat bonding antara mereka," ujar Damar Wahyu Wijayanti selaku Certified Positive Discipline Parent Educator sekaligus co-Founder goodenoughparents.id dalam acara Taro Rangers Camp, Sabtu (28/9/2024) di Taman Safari Bogor.

Taro Rangers Camp bisa menjadi salah satu kegiatan untuk mengenalkan adventure parenting, yang tidak hanya baik untuk anak namun juga bermanfaat besar bagi orang tua. 

"Lewat program seperti Taro Rangers Camp, anak-anak didorong untuk keluar dari zona nyaman mereka, menghadapi tantangan, dan belajar mengatasi masalah dengan cara yang menyenangkan. Ini tidak hanya memberikan pengalaman petualangan, tetapi juga bisa menjadi panutan mereka dalam menerapkan 5 nilai dasar yang diusung Taro," jelasnya.

Baca Juga: Taro Rangers Camp, Membangun Karakter Anak Indonesia yang Kuat dan Berbudi Pekerti Melalui Adventure Parenting

Anak-anak dibekali dengan penerapan 5 nilai dasar yang akan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Seperti compassion (kepedulian), integrity (dapat diandalkan), courage (keberanian), resilience (ketangguhan), hingga creativity (kreativitas).

Namun, untuk mendapatkan 5 nilai dasar di atas, anak-anak perlu mengembangkan Significant Seven. Damar Wahyu Wijayanti menjelaskan apa yang disebut dengan Significant Seven. Tiga yang pertama berkaitan dengan citra diri positif yang harus dimiliki anak untuk tumbuh menjadi individu yang berkualitas.

"Kita perlu membantu anak-anak merasa bahwa mereka mampu, berharga, dan memiliki kendali atas hidup mereka. Bagaimana cara membantu anak-anak menumbuhkan sikap ini? Caranya adalah dengan memberikan tantangan, memberikan kesempatan untuk eksplorasi, dan memberikan pengalaman di mana mereka dapat menyelesaikan masalah sendiri. Dengan mencari solusi menggunakan kreativitas mereka, anak-anak akan merasa bahwa mereka adalah individu yang mampu, berharga, dan memiliki kendali atas apa yang terjadi dalam hidup mereka. Jadi, hal ini dapat dicapai melalui berbagai tantangan dalam kehidupan," ungkapnya.

Tidak hanya itu, empat keterampilan penting yang juga perlu diasah adalah keterampilan dalam hidup, yang disebut sebagai Four Essential Skills.

"Pertama adalah keterampilan intrapersonal, yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan diri sendiri, seperti kemampuan mengelola emosi, menahan diri dari perilaku yang tidak sesuai norma, dan disiplin diri. Selanjutnya, ada keterampilan interpersonal, yaitu kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama. Kemudian, keterampilan sistemik, yang melibatkan kemampuan beradaptasi dengan aturan dan norma yang berlaku di lingkungan. Terakhir, ada kemampuan menimbang, atau kemampuan untuk mengambil keputusan dan mempertimbangkan sebab akibat dari pilihan yang diambil," ujarnya lagi.

Damar Wahyu Wijayanti menambahkan, keempat keterampilan ini juga dirancang untuk dilatih melalui tantangan yang dihadapi oleh adik-adik Taro Rangers.

"Selanjutnya, terdapat kemampuan sistemik, yaitu mengikuti aturan-aturan dari kakak Rangers agar semuanya tetap aman. Selain itu, ada kemampuan menimbang atau mengambil keputusan. Di dalam tantangan-tantangan tersebut, telah disediakan masalah-masalah yang mengharuskan mereka untuk membuat keputusan demi menyelesaikan tantangan itu. Dengan mengasah tujuh hal melalui tantangan-tantangan tersebut, diharapkan akan muncul hasil yang diinginkan.

Hasilnya adalah lima nilai yang telah disebutkan sebelumnya. Harapannya, setelah lulus dari Taro Rangers Camp, anak-anak akan memiliki karakter-karakter tersebut. Jika keterampilan-keterampilan itu terasah dan citra diri mereka meningkat, maka akan muncul anak-anak yang memiliki empati, integritas, keberanian, ketahanan, dan kreativitas," paparnya.

Oleh karena itu, untuk menjadi orang tua yang baik dan dapat mendampingi anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun dengan kebutuhan tersebut, perlu memiliki mindset adventure parenting.

"Adventure parenting adalah pendekatan parenting yang mampu mengubah momen biasa atau sederhana dalam kehidupan sehari-hari menjadi sebuah petualangan untuk pengembangan diri. Dengan harapan, tantangan atau petualangan tidak hanya berhenti di Taro Rangers Camps, tetapi juga akan diteruskan oleh anak-anak dan orang tua di rumah melalui tantangan sehari-hari.

Dengan pola pikir adventure parenting ini, orang tua dan anak-anak dapat melihat bahwa setiap tantangan yang dihadapi sehari-hari adalah kesempatan untuk tumbuh dan belajar. Pertumbuhan ini tidak hanya dialami oleh anak, tetapi juga oleh orang tua. Orang tua juga belajar untuk mengembangkan kemampuan menahan diri, mengatur emosi, mempercayai anak, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengasah keterampilan tersebut melalui pengalaman," tambahnya.

Baca Juga: Kenali Pola Asuh Otoriter dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif, Termasuk Dampaknya ke Anak

Sementara itu, Nadia Frederica (The Hartono’s Family) seorang Key Opinion Leader atau KOL yang turut hadir dalam acara Taro Rangers Camp mengatakan bahwa dirinya dan suami juga menerapkan metode yang sama dalam pola pengasuhannya.

Ia dan suami pun menerapkan pendekatan adventure parenting ini pada kedua anaknya, Clayton dan Cliff.

"Saya memang percaya pentingnya mengajarkan mereka untuk berkomunikasi dan memiliki empati, tanpa terkesan menggurui. Saya tidak pernah merasa diri saya paling benar, dan jika saya salah, saya tidak ragu untuk meminta maaf. Saya cenderung membiarkan anak-anak bercerita tentang diri mereka sendiri, kemudian saya mengamati apakah mereka sudah berada di jalur yang benar.

Anak-anak saat ini memang cenderung sulit jika kita terkesan menggurui. Kita perlu dekat dengan mereka, tetapi tetap tidak menggurui. Saya sangat senang mengajak anak-anak untuk eksplorasi, sehingga mereka bebas melakukan apa pun dan kemudian kita diskusikan bersama," ungkapnya.

Mengenal adventure parenting.

Menurut Damar Wahyu Wijayanti, adventure parenting bukan hanya tentang bersenang-senang di luar ruangan, tetapi juga tentang membentuk karakter anak yang kuat, tangguh, dan berbudi pekerti.

"Penting sekali. Karena perkembangan otak anak hanya dapat berlangsung melalui pengalaman. Anak-anak usia 6 hingga 12 tahun, meskipun sudah mulai bisa berpikir abstrak, belum mampu berpikir sekompleks orang dewasa yang otaknya telah berkembang optimal. Otak kita mencapai perkembangan optimal sekitar usia 24 tahun.

Oleh karena itu, ada yang disebut konsekuensi alami dan konsekuensi logis. Tujuannya apa? Agar anak bisa belajar dari pengalaman. Misalnya, jika dia memilih melakukan A, konsekuensinya adalah B. Dengan begitu, saat menghadapi situasi serupa di masa depan, dia dapat membuat keputusan yang lebih baik," tambahnya lagi.

Mengusung tema The Greatest Adventaro, kegiatan Taro Rangers Camp ini bisa menjadi petualangan outdoor edukatif berbasis experiential learning dan character building, yang dirancang untuk menggabungkan elemen petualangan dan pembelajaran ilmu dan budi pekerti yang mendalam.

"Taro Rangers Camp memiliki keistimewaan tersendiri, karena kegiatan ini tidak hanya mengajak para rangers untuk berekspresi, tetapi juga mengajarkan mereka untuk menyampaikan pendapat melalui buku jurnal yang diberikan. Mereka diwajibkan untuk mencatat, merenungkan tantangan yang dihadapi di camp, serta mengekspresikan nilai-nilai budi pekerti yang diperoleh melalui journaling yang dibimbing oleh positive discipline coach.

Diharapkan, dengan cara ini, mereka dapat lebih memahami diri mereka sendiri, mengungkapkan pendapat dengan lebih terbuka, dan membentuk karakter yang lebih baik," ujar Riza Arief Rahman, VP-Head of Marketing FKS Food.

Baca Juga: Ingin Kepribadian dan Karakter Anak Terbentuk dengan Baik? Coba Terapkan Pola Asuh Ini