Mengenal Penyebab Anak Batita Susah Makan dan Cara Mengatasinya

By Ipoel , Jumat, 8 Maret 2013 | 04:00 WIB
Kenali berbagai penyebab anak susah makan. (Pixabay/altmanhellen)

Nakita.id -Berbeda dari pola makan di usia bayi yang masih terbatas, pola makan anak di usia batita usia 1-3 tahun akan menunjukkan grafik yang naik turun.

Hal ini terkait dengan kemampuan belajar (kognitif) dan keterampilan motorik anak yang maju pesat.

Sebetulnya tak perlu risau kalau selera makan anak tampak menurun memasuki usia batita, karena pertumbuhan fisik anak memang melambat di usia 12 bulan.

Melambatnya pertumbuhan fisik ini membuat kebutuhan kalori mereka tidak setinggi sebelumnya.

Jadi, wajar kalau anak susah makan dan makan lebih sedikit dibandingkan di masa bayi.

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu dicatat, yaitu anak-anak batita sering kali lebih senang bermain ketimbang makan.

Berikut beberapa faktor penyebab anak susah makan.

1. Makanan kesukaan

Kesukaan mereka terhadap makanan juga berubah-ubah dan sangat bervariasi pada setiap anak batita.

Misalnya, ada anak yang minta sup ayam setiap hari selama seminggu.

Namun minggu depannya, makanan ini ditolak sama sekali, padahal ibu sudah telanjur membuatkan.

2. Waktu makan

Ciri khas lainnya, anak batita seolah tak punya waktu lapar yang sama.

Jika di hari ini pukul 7 pagi dia merengek kelaparan, bisa jadi besok ibu akan heran, mengapa sudah pukul 7.30 anaknya belum juga mau makan.

Ketika disodori makanan, si kecil tetap menolak.

Penjelasannya, anak-anak batita secara alamiah sedang mempelajari kebiasaan-kebiasaan pada tubuhnya, termasuk memahami kemampuan lambungnya.

Ini terlihat dari sejauh mana rentang mereka bisa menahan lapar.

3. Senang eksplorasi

Belum lagi jika dikaitkan dengan tibanya masa eksplorasi di usia ini.

Waktunya lebih banyak dipakai untuk berjalan ke sana kemari ketimbang untuk menyantap makanan.

Biasanya, akan sulit membuat anak batita mau duduk menikmati makanannya.  

Namun percayalah, jika si batita sehat dan aktif, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan.

Pasti dengan segera ia akan meminta makan pada orang yang merawatnya.

4. Porsi makan

Anak juga tahu berapa banyak makanan yang harus dimakannya.

Meskipun porsi makanannya tampak tidak teratur, total asupan per harinya tetap konstan.

Hanya saja, anak-anak belum mampu memilih sendiri makanan yang bergizi seimbang, kecuali dihidangkan kepada mereka.

Jadi peran orangtua membentuk pola makan yang sehat sangat menonjol di usia ini.

Asal tahu, anak batita bisa makan 5-6 kali sehari.

Nah, bagilah waktu makannya menjadi 3 kali makan utama, ditambah 2-3 kali makan selingan.

Hidangkan makanan utama dalam porsi kecil saja untuk mengantisipasi pola makan yang seandainya sedang turun.

Jika porsi dan komposisi bahan makanannya masih dirasa kurang, hidangkan camilan bergizi di waktu makan selingan.

Buatlah waktu makannya sebagai kegiatan yang menyenangkan.

Anak akan memberi sinyal kalau ia menginginkan tambahan makanan.

5. Susu dan jus

Makanan utama anak batita bukanlah susu.

Meskipun di jam-jam tertentu ia tetap minta susu, siasati pemberiannya agar tidak berdekatan dengan waktu makan utama.

Susu atau jus buah yang manis dapat membuat perutnya lekas kenyang.

Cukup 2-3 cangkir susu setiap hari ditambah 1 gelas jus buah sebanyak 120 ml. 

ASI pun perlu diperlakukan sebagai makanan selingan dengan waktu pemberian sebelum atau sesudah makanan utama.

Apabila sudah bisa memakan buah potong sebagai camilan, anak tak perlu lagi diberi jus buah.

Terlalu banyak jus (apalagi yang sudah mendapat tambahan gula) bisa membuat anak batita tak berselera makan karena sudah kenyang.

Selanjutnya, agar tidak mengacaukan selera makan, berikan susu setelah jam makan utama.

Kalau anak merasa terlalu kenyang untuk mengonsumsi makanan utama, tunggulah beberapa saat hingga rasa kenyangnya ternetralisasi.

6. Batasan lemak

Untuk makanan utama anak, aturlah hingga terpenuhi prinsip makanan bergizi seimbang (mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, air).

Jangan lupa, berikan makanan yang kaya zat besi.

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kurangnya jumlah sel darah merah.

Anemia sering ditemukan pada anak batita yang kurang suka sayuran.

Kebanyakan karena anak lebih memilih makanan yang gurih atau manis serta mudah dikunyah dan ditelan.

Ada lagi risiko yang mengintai jika anak tidak dibiasakan hidup dengan pola makan seimbang, yaitu kecenderungan mengalami obesitas di usia dewasa.

Lemak memang sangat dibutuhkan bayi dan anak batita awal untuk pertumbuhan dan perkembangan otaknya.

Namun ketika usianya menginjak 2 tahun, kurangi konsumsi lemak dan mulailah meningkatkan asupan serat. 

Lemak memang diperlukan untuk bahan bakar tetapi tidak banyak porsinya.

Lemak jenuh yang tidak sehat banyak terdapat pada makanan yang diolah dengan minyak yang dipanaskan.

Selain itu, hindari anak dari kegemaran terhadap makan atau minuman manis dengan banyak gula tambahan.

Lebih baik hidangkan buah-buahan segar dan biasakan minum air putih yang cukup.

Demikianlah 6 faktor penyebab anak susah makan dan bagaimana orangtua bisa mengatasinya.