Ini Risiko Kesehatan Jika Anak Di Atas 1 Tahun Masih 'Ngempeng'

By Gisela Niken, Senin, 21 Mei 2018 | 10:49 WIB
Yang terjadi jika anak masih ngempeng (Weekend Images Inc.)

Misalnya, agar anaknya tidak menangis, maka mulutnya dijejali dengan empeng atau dot kosong.

Lama-lama ini akan jadi kebiasaan. Karena itu Howard menganjurkan, sebaiknya ngempeng sudah benar-benar dihentikan kala si kecil menginjak usia 2 tahun.

BACA JUGA: Menantu Hatta Rajasa Meninggal Karena Kanker Kulit, Ternyata Gaya Hidup Seperti Ini Pemicunya!

Pada umur ini,anak seharusnya sudah mulai banyak bermain di luar lingkungan rumah.

Nah, jika ia masih terus ngempeng, maka perilakunya ini bisa mengganggu perkembangansosialnya. Ia diejek oleh teman, umpamanya.

Melepas empeng juga menghindari si kecil dari risiko terkena infeksi telinga.

Satu studi menunjukkan anak-anak yang menggunakan empeng, peluangnya terkena infeksi telinga bagian tengah 33% lebih besar daripada yang tidak menggunakan empeng.

Si batita juga berpotensi terhambat masalah wicara dan bahasanya gara-gara empeng.

“Alasannya, saat mengemut empeng, mulut anak terkunci dalam posisi yang tidak alami, membuatnya lebih sulit untuk mengembangkan otot lidah dan bibirnya secara normal,” ujar Patricia McAller Hamaguchi, ahli patologi wicara dan penulis buku Childhood, Speech, Language, and Listening Problems: What Every Parent Should Know.

Jadi, jika si kecil baru saja belajar berbicara, empeng akan membatasi kesempatannya untuk berbicara, menyimpangkan artikulasinya, dan menyebabkan lidahnya rata secara tidak alami.

Di sejumlah kasus, seringnya penggunaan empeng dapat menyebabkan lidah terdorong ke depan di antara gigi yang akan membuat pertumbuhan gigi anak menjadi bermasalah.Patricia menemukan bahwa ngempeng biasanya lebih sering terjadi pada anak pendiam dan pemalu.

“Anak-anak yang aktif dan periang ini biasanya juga punya banyak kegiatan, sehingga tak sempat lagi untuk mengisap jempolnya atau benda-bendalain,” tulisnya.