Tidak Ada Bukti Ilmiah yang Membuktikan Gadget Picu Tumor Otak

By Fadhila Auliya Widiaputri, Rabu, 11 Juli 2018 | 17:04 WIB
Gagdet bukan pemicu utama tumor otak (express.co.uk)

Nakita.id - Tak dapat dipungkiri bila gadget memiliki pengaruh negatif untuk kesehatan tubuh manusia.

Gadget seringkali dikaitkan sebagai salah satu pemicu utama tumor otak.

Namun benarkah anggapan itu?

BACA JUGA: Memukau, Ini Potret 14 Cincin Victoria Beckham dari Sang Suami

Herlina Uinarni, dr. Sp. Rad (K) mengatakan gadget khususnya ponsel memang bisa memancarkan gelombang elektromagnetik radiasi yang tidak baik untuk kesehatan tubuh manusia. 

Sebagaimana yang kita ketahui, paparan radiasi baik itu X-Ray atau gelombang eletromagnetik lainnya memang bisa meningkatkan risiko penyakit tumor atau kanker.

Namun Ia menegaskan bahwa hingga sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan secara pasti bahwa radiasi dari ponsel dapat menimbulkan efek yang sama dengan X-Ray.

"Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel adalah sejenis gelombang microwave yang termasuk dalam jenis radiasi non-ionisasi dan levelnya tergolong rendah.

Dari puluhan kajian ilmiah yang telah dilakukan sampai sekarang ini belum terdapat bukti ilmiah yang kuat dan skala cakupan secara komprehensif berakibat serupa dengan efek pancaran radiasi gelombang elektromagnetik jenis ionisasi yang telah dinyatakan positif sebagai salah satu penyebab tumor otak atau kerusakan DNA pada sel jaringan tubuh manusia," jelas Herlina saat ditemui di Universitas Atma Jaya, Pluit Raya, Jakarta Utara, Jumat (8/7).

BACA JUGA: Cegah Keluarga Sakit Dengan Deretan Makanan Peningkat Kekebalan Tubuh Ini Moms

Telah banyak penelitian yang mencoba menggali dan menemukan hubungan antara penggunaan ponsel dan tumor otak.

Herlina menjelaskan salah satu penelitian yang banyak dibicarakan dalam sejarahnya ialah penelitian yang pertama dilakukan pada tahun 1992.

"Ada seorang dokter David Reynard ahli neurologi, seorang ahli saraf, dia menggugat perusahaan ponsel karena sering menggunakan ponsel itu dan menyebabkan kanker di otaknya.

Pada saat itu dilakukan penelitian dan hasilnya tidak terbukti. Menurut saya mungkin juga saat itu kekurangan sample atau mungkin juga saat itu belum ada benar-benar teknologi yang menyakinkan bahwa penyebabnya adalah ponsel," jelasnya.

BACA JUGA: Kena Demam Lagu 'Lagi Syantik', Begini Gemasnya Gaya Joget Anak Venna Melinda

Penelitian hubungan antara penggunaan ponsel dan tumor otak pun tidak berhenti sampai disitu.

Berbagai penelitian serupa mulai muncul di tahun-tahun selanjutnya, seperti tahun 1993, 1999, 2011, 2012, dan 2013.

Namun sayangnya di tahun-tahun tersebut, lagi-lagi belum ditemukan secara pasti hubungan antara penggunaan ponsel dan tumor otak pada manusia.

Di tahun 2017, barulah ada penelitian dari Italia yang menemukan hubungan antara kedua hal tersebut.

"Pengadilan Italia mengakui bahwa ada hubungan kausal antara penggunaan ponsel dan tumor otak pada manusia dalam putusan 11 April 2017.

Setelah ada penelitian di tahun 2017 jadi banyak penelitian serupa yang membenarkan bahwa memang ada hubugan antara tumor otak dan penggunaan ponsel.

Namun penelitian ini tidak bisa dijadikan patokan utama karena kualitasnya rendah, sample-nya kurang.

Terlebih mengingat bahwa tumor atau kanker otak dapat disebabkan oleh multi faktor," ungkap Herlina. 

BACA JUGA: Terlihat Sehat, Hati-hati Bahan Makanan Ini Sering Jadi Pemicu Sakit

BACA JUGA: Mantap Berhijab, Nikita Mirzani Berterima Kasih Karena Sudah Disakiti

Untuk itu, Herlina menegaskan bahwa penggunaan gadget tidak bisa disebut sebagai pemicu utama tumor atau kanker otak.

Sebab ada banyak faktor pemicu lainnya, seperti gen, usia, jenis kelamin, gaya hidup, riwayat kesehatan dan lain sebagainya.

"Besarnya risiko setiap orang itu relatif karena memang tumor atau kanker otak itu multi faktor.

Jadi memang masyarakat masing-masing pribadi harus memproteksi diri sendiri, Ia harus bijaksana dalam menggunakan semua alat," tegas Herlina. 

Para ahli organisasi keseharan dunia (WHO) sangat menganjurkan agar pemakaian ponsel terutama di kalangan usia anak-anak dibatasi sedemikian rupa atau dengan pemakaian 'hands free' guna untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.

Mengingat sel otak anak yang lebih rawan dibandingkan sel otak orang dewasa.

BACA JUGA: Dipuji Sosok Istri Hebat Oleh Anji Manji, Begini Reaksi Nagita Slavina

Selain itu, beberapa jurnal menyatakan bahwa ponsel yang beredar masih bisa dikatakan 'aman' bila tingkat SAR-nya masih di bawah 1.6 watt/kg.

Dimana SAR merupakan singkatan dari Spesific Absorption Rate atau kekuatan radiasi ponsel yang akan diterima otak.

Di Amerika, Federal Communications Commission (FCC) menetapkan bahwa semua ponsel yang memancarkan radiasi di atas 1.6 watt/kg dilarang untuk diproduksi.

BACA JUGA: Ini Dia Perbedaan Pijat Bayi Matur dan Bayi Prematur, Moms Wajib Tahu!