Dinilai Berbahaya, Ini yang Menyebabkan Mie Instan Dianggap Berbahaya Bagi Kesehatan

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Jumat, 10 Agustus 2018 | 12:23 WIB
Mie Instan (instagram.com/jogjafoodies)

Nakita.id - Kontroversi mie instan makin hari makin jadi sorotan. Terlebih lagi, mie instan merupakan salah satu makanan yang sangat digemari masyarakat Indonesia.

Banyak yang tetap menggemari mie instan, tetapi tak sedikit juga yang meminimalisir kuantitas mengonsumsi mie instan karena dihantui rasa takut akan berbagai bahaya yang muncul dari mie instan.

BACA JUGA: Ingin Makan Mie Instan Tapi Tetap Sehat? Ini Cara Memasak yang Benar

Mie instan memiliki kandungan tepung olahan yang bisa menyebabkan gangguan pencernaan pada manusia.

Bila kerap dikonsumsi, mie instan juga meningkatkan risiko masalah usus bahkan diabetes.

Menurut laporan yang diterbitkan World Instan Noodles Association, sebanyak 102,7 miliar porsi mie instan habis dalam jangka waktu satu tahun di dunia.

Hal ini jadi bukti bahwa mie instan memang merupakan makanan yang digemari, tak hanya di Indonesia.

BACA JUGA: Kerap Dikonsumsi, Waspada Daging Jenis ini yang Memicu Bipolar

Mengapa mengonsumsi mie instan berlebih buruk bagi kesehatan?.

Mie instan dibuat dengan pengawet yang membuat bahannya tahan lebih lama.

Bahan pengawet tersebut tentunya membuat mie instan rendah kandungan nutrisi, tinggi lemak, kalori dan sodium.

Mie instan juga mengandung bahan pewarna buatan, zat aditif dan juga perasa yang mengandung berbagai zat kimia.

Belum lagi, mie instan juga mengandung monosodium glutamat (MSG) yang memiliki batasan dalam mengonsumsinya.

Karena bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih, MSG juga menimbulkan masalah kesehatan yang serius.

BACA JUGA: Kakak Meghan Sebut Mantan Suami Adiknya Akan Balas Dendam, Benarkah?

Bahkan, The Washington Post telah melaporkan bila penelitian di Korea Selatan menemukan efek mie instan pada kesehatan manusia.

"Meskipun mie instan makanan yang lezat, dimungkinkan terjadi peningkatanrisiko sindrom metabolik karena tinggi natrium tinggi makanan, lemak jenuh yang tidak sehat dan beban glikemik," ungkap Hyun Shin, doktor di Harvard School of Public Health.

Studi ini menyebutkan bahwa selain diabetes, perempuan yang mengonsumsi mie instan seminggu dua kali lebih berisiko mengidap obesitas, tekanan darah tinggi dan masalah jantung, dibandingkan yang makan lebih sedikit.

Menjawab berbagai pertanyaan tentang bahaya mie instan yang tak hanya menyerang kesehatan tubuh tetapi juga merusak pencernaan, sekelompok dokter lokal Amerika telah melakukan eksperimen tentang keadaan pencernaan saat seseorang mengonsumsi mie instan dengan bantuan kamera mikro.

BACA JUGA: Terima Rumah Tangganya Berakhir, Tapi Sule Masih Tolak 3 Alasan Perceraian dari Lina!

proses pencernaan mie instan (kiri) dan mie tanpa pengawet (kanan) setelah 20 menit dikonsumsi

Dalam dua menit, terdapat perbedaan antara proses pencernaan mie instan dan mie yang diolah tanpa pengawet.

Gambar sebelah kiri yang menunjukkan mie instan terlihat masih utuh dan belum tercerna secara sempurna, sedangkan bagian foto kanan yaitu mie tanpa pengawet lebih cepat dicerna dan lebih halus.

proses pencernaan mie instan (kiri) dan mie tanpa pengawet (kanan) setelah 2 jam dikonsumsi

BACA JUGA: Sule Akhirnya Terima Gugatan Cerai Lina, Tapi Ada Syarat Khusus!

Dan dalam dua jam, mie instan masih belum bisa dicerna dengan sempurna.

Masih terlihat bentuk mie instan yang ada di sistem pencernaan.

proses pencernaan mie instan (kiri) dan mie tanpa pengawet (kanan) setelah 2 jam dikonsumsi

Berbeda dengan sebelah kanan yang sudah tak lagi terlihat bentuk mie instan karena lebih mudah dicerna.

Dalam kasus mie instan tersebut, salah satu perwakilan bernama Dr. Sharma mengungkapkan hal tersebut ditengarai kandungan di dalam mie instan yang mengandung zat pengawet.

BACA JUGA: Bantu Menjaga Bayinya, Suami Zee Zee Shahab Malah Ajak Main PS

Zat pengawet membuat makanan akan lebih sulit dan lama dicerna di dalam proses pencernaan.

Dari situ disimpulkan jika tak hanya mie instan, semua makanan olahan dan berpengawet juga melalui proses yang sulit dicerna.

"Salah satu masalah terbesar saat ini adalah kenyataan bahwa orang telah mulai mengganti makanan segar dengan makana cepat saji," ungkap Dr. Sharma.

Dan fakta tersebut memang besar, dibarengi fakta bila makanan cepat saji lebih besar peminatnya.

Menurut Dr. Sharma, makanan cepat saji tak bisa menggantikan kebutuhan makanan yang diperlukan seseorang di dalam tubuh.

Tubuh manusia tetap membutuhkan makanan pokok untuk menunjang kesehatan.

BACA JUGA: Daerah Asalnya Terkena Gempa, Semangat Zohri Hadapi Asian Games 2018 Sempat Turun