Makanan Transgenik, Untuk Hewan atau Manusia? Sehatkah Dikonsumsi?

By Gazali Solahuddin, Selasa, 18 September 2018 | 21:26 WIB
Kedelai dan olahannya, tempe, yang kita makan, bisa jadi hasil rekayasa genetika. (pixabay)

Caranya sungguh unik, yakni dengan "menggunting" gen ikan flounder (ikan yang hidup di daerah es di Arktik) dan "merekatkan" gen tersebut pada buah bulat merah ini.

Hasilnya, tomat pun dapat ditanam di segala cuaca. Contoh lain adalah kedelai yang rawan akan hama lantas disisipi bakteri dari tanah yang mampu mengeluarkan pestisida alami.

Alhasil, setelah dilakukan rekayasa genetika, hama yang menyerang kedelai akan mati dengan sendirinya.

Ini tentu kabar baik bagi petani, sebab mereka bisa meminimalkan penggunaan pestisida kimia.

Untuk dikathui, hingga saat ini terdapat ratusan jenis tanaman transgenik. Sebagian besar memang belum dilepas ke pasaran sebab masih dalam penelitian.

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Tak Disangka, Ucapan Orangtua Seperti Ini Akan Membentuk Anak Jadi Sombong

Namun, hingga tahun 2004 tercatat ada sekitar 24 sampai 30 jenis tanaman hasil rekayasa genetika yang telah dikomersialisasikan.

Sebagian produk transgenik yang paling populer, termasuk di Indonesia adalah kapas, kedelai (beserta olahannya seperti tempe, tahu, kecap, susu kedelai, dan lain-lain), tomat (beserta olahannya seperti saus, jus, dan lain-lain), jagung (beserta olahannya seperti minyak jagung, keripik, popcorn, dan lain-lain), kanola (beserta olahannya seperti minyak).

Produk-produk ini, tanpa disadari masyarakat luas telah beredar bebas di Indonesia dari pasar-pasar tradisional hingga supermarket dan hipermarket.

Hati-hati dengan Makanan Transgenik

Masalahnya, di Indonesia belum ada perangkat untuk mengontrol produk transgenik yang beredar.

Alhasil pemerintah belum dapat melakukan kajian untuk menetapkan bahan pangan produk transgenik apa yang boleh dan tidak boleh masuk ke sini dan dikonsumsi manusia.