Dianggap Tabu, Tidak Adanya Pendidikan Seksual pada Anak Jadi Risiko Tertinggi Maraknya Pelecehan Seksual

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Minggu, 23 September 2018 | 13:34 WIB
Ilustrasi pelecehan (Tribun Manado)

Anak-anak yang menerima pendidikan seksual menunjukkan bahwa di antara anak-anak lain yang tidak menerima, ia jauh lebih siap menghadapi situasi yang berpotensi berbahaya bagi diri mereka.

Baca Juga : Karena Keteledoran Awak Kokpit, Banyak Penumpang Pesawat Alami Pendarahan di Telinga dan Hidung!

Dengan mereka berpartisipasi dalam segala bidang termasuk saat ia berada di luar rumah, mereka lebih bisa melindungi diri mereka dalam penyalahgunaan atau bahkan pelecehan seksual yang akhir-akhir ini kerap mengancam anak-anak.

Sebuah laporan yang dilakukan pada 6.000 anak hampir di seluruh dunia seperti yang dituliskan The Guardian menyimpulkan, "bahkan jika berhasil meski hanya dalam bagian kecil, prevalensi pelecehan seksual anak akan menurun. Keterampilan anak dan pengetahuan yang mereka pelajari tentang pendidikan seksual mampu mencegah dan membantu mereka dalam lingkup yang lebih luas, bagi anak-anak."

Seperti yang sudah berlaku di Inggris belakangan ini. Banyak sekolah yang memberi pendidikan seksual pada murid-muridnya.

Bahkan, Komite Pendidikan di Westminster menyerukan pada sekolah-sekolah untuk menwajibkan adanya pendidikan seksual.

Dengan harapan, sekolah dapat membantu anak-anak dan membantu orangtua agar anak-anaknya dijauhkan dari pelecehan seksual.

Selain di Inggris, di beberapa negara tertentu, anak-anak usia sekolah dasar bahkan sudah diajarkan bagaimana mengenali, bereaksi bahkan melaporkan situasi yang mengancam atau situasi pelecehan seksual dengan adanya program yang berbasis seksual di sekolah yang sengaja dirancang untuk mencegah pelecehan seksual.

Temuan dan penyuluhan itu merupakan hasil tinjauan data Cochrane dari uji coba program pencegahan di Amerika Serikat, Kanada, China, Jerman, Spanyol, Taiwan dan Turki.

Cochrane adalah jejaring peneliti dan profesional global yang sangat berpengetahuan luas dan tidak mencari keuntungan yang melakukan tinjauan sistematis atas penelitian kesehatan terbaik yang tersedia.

Konsep itu diterapkan di sekolah dengan menggunakan berbagai macam metode untuk mendidik anak-anak tentang pelecehan seksual, termasuk film, drama, lagu, boneka, buku dan bahkan permainan yang bersifat merusak moral secara seksual.

Anak-anak sejak sekolah dasar diajarkan mengenai peraturan tentang keselamatan, kepemilikan tubuh, bagian organ intim dan siapa saja yang boleh terlibat di dalamnya.