Jangan Terlambat, Ketahui Cara Deteksi Hipertensi Paru yang Banyak Merenggut Nyawa

By Anisyah Kusumawati, Senin, 24 September 2018 | 15:46 WIB
Deteksi dini hipertensi paru (freepik)

Nakita.id - Berbeda dengan hipertensi sistemik, hipertensi paru mungkin masih jarang terdengar.

Hipertensi jenis ini adalah suatu kondisi terjadinya tekanan darah tinggi di arteri pulmonalis/paru, membuat jantung kanan bekerja ekstra keras.

Kondisi ini dapat berakibat fatal dalam waktu cepat.

Baca Juga : Waspadai Hipertensi Paru, Banyak Terjadi Pada Perempuan dan Anak-anak

Moms rupanya penyakit ini banyak terjadi di negara berkembang.

Berdasarkan data yang dihimpun YHPI selama beberapa tahun terakhir, prevalensi Hipertensi Paru di dunia adalah 1 pasien per 10.000 penduduk, artinya diperkirakan terdapat 25 ribu pasien Hipertensi Paru di Indonesia.

Ada banyak faktor penyebab terjadinya penyakit ini, namun memang faktor penyebab paling banyak terjadi di Indonesia ialah karena adanya Penyakit Jantung Bawaan (PJB).

Namun jangan khawatir, ada cara untuk mendeteksi dininya, Moms.

dr. Lucia Kris Dinarti, SpPD SpJP, Ahli Hipertensi Paru RS Sardjito Yogyakarta

Hal ini disampaikan oleh dr. Lucia Kris Dinarti, SpPD SpJP, Ahli Hipertensi Paru RS Sardjito Yogyakarta pada acara Kelompok Pasien Mendorong Pemerintah untuk Mengakselerasi Pengobatan Penyakit Hipertensi Paru di Jakarta pada 24 September 2018.

"Seseorang diketahui sudah terlambat bila sudah terjadi pembesaran jantung bagian kanan," ujar dr. Lucia.

Baca Juga : Christian Sugiono, Ini Pentingnya Pengasuhan Ayah Untuk Anak, Manfaatnya Tak Terduga

Sesak tanpa sebab menjadi tanda awal yang bisa dideteksi lebih dalam.

Menurut dokter Lucia, beberapa bentuk pemeriksaan dan deteksi dini yang bisa dilakukan antara lain.

Screening 1 yakni pemeriksaan dengan stetoskop, untuk menemukam masalah dari irama jantung.

- Screening 2 berupa rekam dan USG jantung untuk mengetahui adanya kelainan pada jantung, khususnya pembengkakan jantung bagian kanan.

Belajar dari negara Jepang, rupanya prevalensi hipertensi paru di negara tersebut sangat rendah.

Hal ini karena upaya pencegahan dan screening di negara tersebut sangat digalakkan dan menjadi kebijakan nasional.

"Dari mulai janin ada di dalam kandungan sudah screening, lalu dilanjut saat bayi lahir usia 1 bulan, 3 bulan, 1 tahun, 6 tahun lalu kelas 1 dan 4 SD, 1 SMP dan 1 SMA  masih tetap diperiksa. Itu saja masih ada yang kecolongan," ujar dr. Lucia.

Baca Juga : Anak Zaskia Mecca Mengalami Sibling Rivalry, Berikut Penjelasan Ahli

Baiknya dokter Lucia memang menyarankan agar anak juga discreening pada usia tersebut.

Selain itu itu dirinya juga menghimbau agar masyarakat luas bisa memeriksakan kondisi kesehatan jantung dan paru-parunya, khususnya terkait jantung bawaan yang bisa menyebabkan hipertensi paru.