SMS ‘Selamat Saya Ayah’ yang Amat Dinanti Membuat Seorang Ayah Nekat Terbang ke Palu Mencari Anaknya

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Minggu, 30 September 2018 | 14:39 WIB
Masjid Apung atau Masjid Argam Bab Al Rahman. Masjid yang berjarak 30 meter dari bibir Pantai Talise (handout/BNPB)

 

Nakita.id - Palu, Donggala, Mamuju dan sekitarnya tengah dilanda gempa dan tsunami dengan kekuatan 7,4 SR pada Jumat (28/9/2018) sekitar pukul 18.02 WITA.

Gempa besar yang awalnya disebut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, memiliki potensi terjadinya tsunami ini sempat menjadi kekhawatiran masyarakat.

Tak lama setelah BMKG memberi peringatan potensi tsunami, peringatan tersebut dicabut.

Baca Juga : Menteri Sosial Gendong Balita Korban Gempa Tsunami Palu, Ini Kisah Pilu Anak Korban Bencana

Tetapi setelah peringatan dicabut, wilayah pesisir Kota Palu justru dilanda tsunami dengan ketinggian gelombang 1,5 hingga 4 meter yang meluluhlantakkan bangunan di sekitar Palu.

Hingga saat ini, tercatat lebih dari 400 korban meninggal dunia dan lebih dari 500 korban luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan atau ikut arus tsunami.

Banyak bangunan dan infrastruktur rusak parah dan beberapa permukiman rata dengan tanah.

Bahkan penerbangan di Bandara Udara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu, Sulawesi Tengah dinyatakan ditutup.

Baca Juga : Petugas ATC, Anthonius Gugur Setelah Lepas Landas Pesawat Terakhir Sebelum Gempa Palu, Begini Penjelasan Penerbangan

Penutupan operasional bandar udara sesuai dengan pemberitahuan otoritas bandar udara (notam) nomor H0737/18, mulai 28 September 2018 pukul 19.20 WITA hingga 29 September 2018 pukul 19.20 WITA.

Pesawat komersil juga tidak ada, sehingga akses untuk datang ke Palu membawa bantuan terbilang sangat terbatas.

Mengetahui adanya gempa dan tsunami yang melanda Palu, seorang pegiat sosial media, Dede Budhyarto ikut khawatir.

Pasalnya, anak-anaknya tengah menempuh ilmu di salah satu Pesantren di Palu. Bahkan keluarga juga istrinya juga bermukim di Palu.

Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: Balita Terpisah dari Orangtuanya Ditemukan di Puing-puing Bangunan

Melalui akun Twitternya, Dede menulis cuitan doa agar anak-anaknya baik-baik saja karena sedang menuntut ilmu di Palu.

Dede yang berada di Jakarta tentunya sangat khawatir. Ditambah lagi, jaringan seluler dan komunikasi mati, sehingga sama sekali tidak bisa menghubungi siapa pun di Palu.

"Ya Tuhan semoga anakku tidak apa2," cuitnya di media sosial Twitter.

Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: Krisis Pangan, Warga Jarah Pusat Perbelanjaan

Banyak warganet yang kemudian berkomentar dan bertanya bagaimana kondisi terbaru anak Dede di Palu.

Ia kemudian kembali menuliskan cuitan bahwa ia tak bisa berkomunikasi dengan semua keluarganya yang berada di Palu karena jaringannya rusak.

Tak lama setelah itu, Dede dengan jiwanya sebagai seorang bapak meminta bantuan untuk diberi informasi mengenai pesawat apa pun yang bisa terbang ke Palu saat itu juga, karena ia tak kunjung mengetahui kondisi anaknya.

Pegiat sosial, Dede Budhyarto khawatirkan kondisi anaknya

Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: Begini Cara Mendeteksi Gempa Melalui Gejala Alam

Cuitan tersebut di-reply dan di-retweet hingga ratusan kali. Karena banyak orang yang simpati dan juga merasakan kekhawatiran sama dengan Dede.

Masih tak kunjung mendapat kabar dari anaknya, Dede kambali mencuitkan bahwa sebelum tsunami melanda Palu, anak perempuannya mengirim foto padanya sedang berada di Masjid yang berada di Pantai Talise.

Sedangkan, Pantai Talise sendiri menjadi menjadi lokasi terparah akibat tsunami Palu.

anak Dede berada di Pantai Talise sebelum tsunami Palu

Baca Juga : Bocah 6 Tahun Selamat Setelah Nyaris Terseret Tsunami Palu, Begini Kisahnya Usai Dilaporkan Hilang!

Kekhawatirannya makin memuncak tatkala mengetahui banyak orang yang ingin terbang ke Palu, seperti dirinya, akan tetapi aksesnya memang sedang ditutup.

"Tadi di bandara semua penumpang ke Palu penuh dgn tangisan berharap kabar dr keluarganya, tapi banyak yg menyarankan untuk tidak memaksakan diri berangkat sampai Makassar atau bandara terdekat lanjut lewat darat."

Akhirnya, setelah satu hari menunggu, Dede mendapat kabar bahwa anak bungsunya juga sang istri selamat dari bencana tsunami.

Keluarga mereka sudah mengungsi di salah satu gunung, setelah anak dan istrinya terpisah selama satu hari.

Baca Juga : Pesan Terakhir Anthonius, Petugas ATC Bandara yang Gugur Saat Gempa Palu

Tetapi, ia masih tetap kahwatir karena anak laki-lakinya yang sedang berada di Pesantren Modern Insan Cendekia belum kunjung ada kabar.

Ia juga mengabarkan situasi rumah juga mobilnya yang hancur tersapu tsunami.

Tak lama setelahnya, anak sulung Dede memberi kabar via pesan singkat (SMS).

"Alhamdulillah slamat sy ayah,ibu dgn ade bgmna? hpku t bsa kirim sms k ayah," tulis anak sulung Dede dalam pesan singkatnya.

anak Dede dan keluarganya selamat dan memberi kabar

Baca Juga : Pasha Ungu Jadi Korban Gempa Palu, Begini Reaksi Anak-anaknya dan Kabar Terbarunya

Dede juga akhirnya berhasil mendapat akses untuk terbang ke Palu bersama dengan orang-orang yang mencari keluarganya.

Dede terbang dari Lanud Hasanuddin Makassar dan juga memberikan kabar tentang orang-orang yang sedang menunggu pesawat.

Dede dan banyak masyarakat yang terbang dari Palu ke Makassar sampai di Bandara Udara Mutiara Sis Al-Jufri disambut dengan gempa.

Baca Juga : Jadi Korban Tsunami Palu, Anak-anak Melihat Jenazah Berserakan, Begini Dampak dan Cara Atasi Trauma!

Meski begitu, Dede tetap masih kesulitan mencapai lokasi tujuan karena sulitnya akses dan tidak ada kendaraan yang cukup untuk membawanya ke lokasi pengungsian keluarganya.  (*)