Berita Kesehatan: Kerusakan Masih bisa Dipulihkan Walau Telah Menjadi Perokok Bertahun-tahun

By Gazali Solahuddin, Kamis, 11 Oktober 2018 | 06:20 WIB
Kenapa harus berhenti merokok (Instagram/kemenpora)

Menurut data 2012, lebih dari 1,8 juta orang didiagnosis menderita kanker paru-paru di seluruh dunia, 1,6 juta di antaranya akhirnya kehilangan nyawa.

Jumlah pasien kanker paru diperkirakan mencapai 2,5 juta pada 2025.

Profesor Yilmaz mengatakan risiko kanker paru-paru hingga 30 kali lebih tinggi pada orang yang merokok.

Sedangkan yang tidak merokok, kemungkinan terkena kanker paru-paru lebih rendah dari 1% pada orang yang tidak pernah merokok dalam hidup mereka.

"Begitu perokok memberhentikan kebiasaannya, risiko terkena kanker paru mulai berkurang.

Setelah 15 tahun berhenti merokok, risiko kanker paru-paru dapat menurun hingga 90% ," kata Yılmaz.

Baca Juga : Sebelum Meninggal, Istri Indro Warkop Beri Pesan pada Putrinya, Hingga Curhatan Indro Kepada Tora Sudiro

Yilmaz juga mengingatkan, orang tidak boleh lupa bahwa risiko juga datang pada mereka yang bukan perokok tetap berisiko, yaitu apablia dirinya selalu terpapar rokok setiap hari (perokok pasif).

Mengapa perokok pasif lebih berpotensi terkena kanker paru-paru?

Banyak orang yang penasaran, mengapa perokok pasif lebih sering mengidap kanker paru-paru?

Menurut Dr Sita Laksmi Andarini, PhD, SpP(K), sebenarnya risiko perokok aktif terkena kanker paru jauh lebih besar dibandingkan perokok pasif.

Laksmi mengatakan, perokok aktif berisiko 13,6 kali lipat. Sementara perokok pasif berisiko empat kali lipat terkena kanker paru.