Berita Kesehatan: Kerusakan Masih bisa Dipulihkan Walau Telah Menjadi Perokok Bertahun-tahun

By Gazali Solahuddin, Kamis, 11 Oktober 2018 | 06:20 WIB
Kenapa harus berhenti merokok (Instagram/kemenpora)

Nakita.id - Istri tercinta Indro Warkop DKI yang bernama Nita Octobijanthy meninggal dunia pada Selasa (9/10/2018) pukul 20:22 WIB.

Istri Indro Warkop DKI meninggal setelah berjuang melawan penyakit kanker paru-paru yang selama ini dideritanya.

Memang penyebab kanker paru-paru tidak tunggal, dan kemungkinannya bisa banyak.

Merokok konon menjadi penyebabnya.

Baca Juga : Istri Indro Warkop Meninggal, 20% Perempuan Non-Perokok Terjangkit Kanker Paru-paru, Pemicu Bisa Datang dari Rumah!

Menurut pengakuan Indro, kepada Kompas.com, dirinya merokok sejak usia 11 tahu.

Selama menjadi perokok dirinya mengaku menghabiskan 5 bungkus dalam sehari.

Tapi sekarang dirinya mengaku sudah berhenti merokok sejak usia 41 tahun.

Banyak orang beranggapan bahwa ia merasa telah terlambat untuk berhenti merokok karena terlanjur banyak racun dalam tubuhnya.

Namun, dikutip dari website Kementerian Kesehatan, berbagai penelitian menegaskan masih ada kemungkinan pemulihan kerusakan akibat merokok meski telah dilakukan bertahun-tahun.

Dalam sebuah penelitian terhadap 1.500 perokok, diketahui setahun setelah berhenti merokok, terjadi perbaikan pada pembuluh arteri yang disebabkan oleh asap rokok yang terhirup.

Baca Juga : Kerap Diabaikan, Ini Bahaya Fatal Kebiasaan Orangtua Merokok di Sekitar Anak!

Ini berarti, risiko terkena penyakit jantung koroner ikut menurun, begitupun risiko kanker.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American College of Cardiology, para perokok yang sudah berpisah dari rokok mengalami sedikit kenaikan berat badan, sekitar 4 kg, diketahui kadar kolesterol baik dalam darah ikut meningkat.

Nah, inilah yang terjadi pada tubuh apabila berhenti merokok dalam kurun menit hingga bulan, berikut ulasannya yang dikutip dari Medical Daily dan Kementerian Kesehatan:

20 menit tidak merokok: Tekanan darah, denyut nadi dan aliran darah tepi membaik.

Ini karena nikotin menyebabkan tubuh melepaskan epinephrine dan norepinephrine, keduanya membatasi pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung.

Baca Juga : Jumlah Perokok Anak Meningkat, Menteri Yohana Bicara Penyebabnya

2 jam tidak merokok: Kira-kira setelah dua jam tidak merokok, dorongan untuk merokok lagi yang menyebabkan kemuraman dan iritabilitas.

Biasanya orang yang berhenti merokok selama dua jam akan mulai merasa resah.

Namun, ternyata hal itu baik untuk kesehatannya.

8 jam tidak merokok: Karbonmonoksida dan nikotin yang ada dalam paru-paru berkurang setengahnya, sehingga kadar oksigen di aliran darah kembali normal.

Baca Juga : Istri Indro Warkop Meninggal, 10 Bahan Alami Ini Efektif Perangi Kanker Paru

24 jam tidak merokok: Mungkin akan mengalami batuk lebih dari biasanya.

Hal tersebut rupanya tanda tubuh sedang menyingkirkan beberapa racun yang mulai terbentuk di paru-paru.

Kadar karbon monoksida akan hilang dalam tubuh.

2 hari tidak merokok: Nikotin hilang dari paru-paru dan tubuh, kemudian indera pengecap mulai pulih.

3 hari tidak merokok: Setelah berhenti merokok selama 3 hari mungkin akan mengalami beberapa efek samping dan bisa lebih ekstrem.

Baca Juga : Guru Merundung Siswa Berusia 6 Tahun, Orangtua 'Ngamuk' di Sekolah Hingga Bentrok dengan Polisi

1 bulan tidak merokok: Penampilan membaik, kulit menjadi lebih cerah, kerutan di wajah berkurang, bulu getar saluran nafas tumbuh kembali, gejala putus nikotin berhenti atau lenyap.

5-9 bulan tidak merokok: Batuk dan mengi (sesak nafas) berkurang.

5 tahun tidak merokok : Risiko penyakit jantung koroner berkurang separuh.

10 tahun tidak merokok: Risiko kanker paru berkurang separuh.

Tubuh mulai benar-benar bersih dari racun setelah 15 tahun berhenti merokok

Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Mengadopsi Anak dapat Memancing Kehamilan

Dikutip dari DailySabah, "Baru tahun ke-15 sejak seseorang  berhenti merokok, efek berbahaya dari merokok sepenuhnya meninggalkan tubuh dan mengurangi kemungkinan terkena penyakit yang berhubungan dengan merokok hingga 90%," demikian kata Profesor Ülkü Yilmaz, wakil presiden dari Masyarakat Pernapasan Turki.

Menurut data 2012, lebih dari 1,8 juta orang didiagnosis menderita kanker paru-paru di seluruh dunia, 1,6 juta di antaranya akhirnya kehilangan nyawa.

Jumlah pasien kanker paru diperkirakan mencapai 2,5 juta pada 2025.

Profesor Yilmaz mengatakan risiko kanker paru-paru hingga 30 kali lebih tinggi pada orang yang merokok.

Sedangkan yang tidak merokok, kemungkinan terkena kanker paru-paru lebih rendah dari 1% pada orang yang tidak pernah merokok dalam hidup mereka.

"Begitu perokok memberhentikan kebiasaannya, risiko terkena kanker paru mulai berkurang.

Setelah 15 tahun berhenti merokok, risiko kanker paru-paru dapat menurun hingga 90% ," kata Yılmaz.

Baca Juga : Sebelum Meninggal, Istri Indro Warkop Beri Pesan pada Putrinya, Hingga Curhatan Indro Kepada Tora Sudiro

Yilmaz juga mengingatkan, orang tidak boleh lupa bahwa risiko juga datang pada mereka yang bukan perokok tetap berisiko, yaitu apablia dirinya selalu terpapar rokok setiap hari (perokok pasif).

Mengapa perokok pasif lebih berpotensi terkena kanker paru-paru?

Banyak orang yang penasaran, mengapa perokok pasif lebih sering mengidap kanker paru-paru?

Menurut Dr Sita Laksmi Andarini, PhD, SpP(K), sebenarnya risiko perokok aktif terkena kanker paru jauh lebih besar dibandingkan perokok pasif.

Laksmi mengatakan, perokok aktif berisiko 13,6 kali lipat. Sementara perokok pasif berisiko empat kali lipat terkena kanker paru.

Baca Juga : Momen-momen Haru Sebelum Istri Indro Warkop Meninggal, Minta Dipakaikan Hijab Jadi Pertanda?

Dalam penelitian Clare Weeden dari Univerisas Melbourne di Australia, rokok meningkatkan kerusakan sel paru dan membuat sel punca basal lebih aktif sehingga meningkatkan mutasi.

Meski begitu, ada juga perokok aktif yang tidak terkena kanker paru dan ada perokok pasif yang terkena kanker paru.

Hal ini dikarenakan untuk menjadi kanker sebenarnya memerlukan mekanisme yang rumit.

Sebenarnya, selalu ada potensi kanker paru-paru bagi setiap orang.

Baca Juga : Istri Indro Warkop Meninggal, Indro Temani 24 Jam Tanpa Henti, Begini Ciri Suami Idaman

Setiap waktu, manusia menarik dan mengeluarkan napas. Dalam momen tertentu terdapat mukosa atau selaput lendir di saluran pernapasan dari hidung hingga ke bronkus yang rusak.

Kalau jumlahnya sedikit, tubuh masih bisa memperbaikinya.

"Kalau ada yang slip, dia menjadi tidak normal, yaitu bibit-bibit kanker. Tapi, tidak segampang itu menjadi kanker. Ada mekanisme tubuh sendiri untuk menghilangkan yang tidak normal tadi. Maka tidak semua orang terkena kanker," kata Dr Elisna Syahruddin, SpP(K), PhD.

Operasi plastik bisa membantu untuk berhenti merokok

Bagi perokok, menghilangkan kebiasaannya merokok mungkin terasa sebagai suatu hal yang tidak mungkin.

Jika Dads merasa semua upaya tak membuahkan hasil, mungkin melakukan operasi plastik bisa membantu.

Baca Juga : Sharena Ceritakan Ry Jadi Lebih Pengertian Setelah Memiliki Adik

Bukan tindakan operasi plastiknya yang bisa menghentikan kebiasaan merokok, namun persiapan operasinya.

Seperti diketahui, pasien yang akan menjalani operasi plastik harus berhenti merokok 2 minggu sebelum tindakan.

Merokok bisa menyebabkan komplikasi berbahaya saat operasi.

Bahkan, banyak dokter bedah yang menolak mengoperasi pasien perokok.

Dalam penelitian terbaru terungkap, orang-orang yang diminta berhenti merokok 2 minggu sebelum operasi cenderung berhasil menjauhi rokok bahkan sampai selamanya.

Baca Juga : Klarifikasi Salman Khan Tentang Pemukulan Aishwarya Rai Viral, Salman: Jika Itu Benar Ia Tak Akan Selamat

Memang tidak realistis jika meminta pecandu rokok untuk menjalani operasi plastik, tapi yang digarisbawahi dari hasil studi tersebut adalah berhenti merokok adalah hal yang mungkin jika mereka memahami risiko kesehatannya.

Sebanyak 70 persen responden dalam penelitian ini setuju bahwa berdiskusi dengan dokter dan diberi tahu bahaya menghisap rokok bagi hasil operasi membuat mereka sadar untuk berhenti.

Sebanyak 40 persen juga mengaku tidak merokok lagi sampai 5 tahun pascaoperasi dan 25 persen sama sekali tak merokok lagi.

"Mendiskusikan secara spesifik bahwa rokok pada pasien terhadap hasil operasi ternyata sangat memengaruhi mereka untuk berhenti," kata Aaron C.Van Slyke seperti dikutip dari Yahoo Beauty.

Secara umum, merokok akan membuat pembuluh darah mengerut sehingga oksigen tidak bisa berikatan dengan sel darah.

Hal ini membuat jumlah oksigen dalam sirkulasi darah berkurang dan luka operasi lebih lama sembuh.

Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Kapan Bayi Diberikan MPASI? Tidak Berpatokan Pada Usia

Kondisi tersebut bukan hanya membuat hasil operasi plastik tidak sesuai harapan, tapi juga menyebabkan efek samping berbahaya seperti nekrosis atau kematian sel dan jaringan.

Perokok juga cenderung akan mengalami reaksi negatif saat dianestesi dan ada kemungkinan infeksi.

Bahaya rokok itu belum termasuk risikonya terhadap organ-organ tubuh dan jantung.

Bagaimana Moms & Dads, sudah semakin paham kah?