Berita Kesehatan: Patah Hati Bisa Menjadi Komplikasi Mematikan, Gejalanya Mirip Serangan Jantung!

By Fadhila Auliya Widiaputri, Kamis, 8 November 2018 | 07:00 WIB
Patah hati bisa menjadi komplikasi yang menyebabkan kematian (scmp)

Hampir 24% pasien di rumah sakit dengan komplikasi syok kardiogenik meninggal dunia, dibandingkan dengan hanya 2% pasien sindrom patah hati tanpa syok kardiogenik.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Aktivitas Fisik Tak Membuat Ibu Hamil Keguguran, Ini Faktanya

Bahkan, lima tahun pasca dinyatakan sembuh, tingkat kematian pasien dengan sindrom patah hati dengan syok kardiogenetik sekitar 40 persen, dibandingkan dengan 10 persen untuk pasien yang tidak mengalami syok kardiogenik.

"Di luar tingginya kematian jangka pendek akibat sindrom ini, untuk pertama kalinya analisis ini menemukan orang-orang yang mengalami sindrom patah hati dengan komplikasi syok kardiogenik berisiko tinggi untuk meninggal beberapa tahun kemudian," ujar Christian Templin yang temuannya akan diterbitkan dalam jurnal Circulation.

"Ini menunjukkan pentingnya pantauan jangka panjang terutama pada pasien sindrom ini," tambahnya.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Posisi Tidur Ibu Hamil Yang Aman dan Nyaman

Pada dasarnya, gejala sindrom patah hati menyerupai dengan serangan jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas.

Namun bedanya, pada sindrom patah hati tidak ada penyumbatan pembuluh darah jantung dan biasanya pasien dinyatakan sembuh total dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah perawatan.

Sayangnya menurut penelitian terbaru, sekitar 1 dari 10 pasien dengan sindrom patah hati mengalami komplikasi syok kardiogenik.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Aktivitas Fisik Tak Membuat Ibu Hamil Keguguran, Ini Faktanya

Komplikasi ini mengancam nyawa pasiennya karena jantung mereka secara tiba-tiba tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Pasien dengan syok kardiogenik juga cenderung memiliki tipe detak jantung tidak teratur yang disebut fibrilasi atrial, memiliki tingkat kemungkinan diabetes yang lebih tinggi, dan menderita faktor risiko lain untuk penyakit jantung.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Salah Memilih Ikan Bisa Sebabkan Penyakit Autoimun