Nakita.id - Anak yang tidak disiplin biasanya mengembangkan pola perilaku destruktif yang menyakiti dirinya dan juga orang lain. Di sisi lain, anak yang disiplin akan belajar metode konstruktif yang akan membantunya dalam berinteraksi dengan dunia. Tapi bagian terpenting dari disiplin adalah bahwa hal itu harus menjadi sebuah tujuan.
Apakah Tujuan Disiplin Itu?
Tujuan disiplin adalah demonstrasi cinta seseorang terhadap orang lain. Bila orangtua sengaja mendisiplinkan anak dengan mengubah perilaku yang sifatnya merusak, orangtua sebenarnya sedang mengekspresikan cinta kepada anak-anak.
Alasan Disiplin
Tujuannya adalah agar orangtua memberi pengajaran atau pelatihan kepada anak yang akan membantu dalam mengembangkan nilai dan perilaku moral. Nilai dan perilaku ini telah berhasil dari waktu ke waktu dan telah terbukti efektif dalam mengembangkan individu yang sehat.
(Baca juga : Ini Pola Asuh Tepat Agar Anak Disiplin)
4 Persyaratan Orangtua yang Ingin Menerapkan Disiplin
8 Langkah Disiplin
1. Bertanggung jawab
Anak adalah tanggung jawab utama orangtua. Anak itu bukan teman untuk Anda. Untuk menjadi teman atau setara dengan anak, orangtua harus secara sadar mendistorsi kenyataan. Orangtua yang memainkan peran "teman" untuk anak-anaknya akan kehilangan otoritasnya sebagai orang tua.
2. Peran model nilai moral.
Orang dewasa yang siap menjadi orangtua memiliki kesadaran dan kedewasaan emosional serta mengetahui pola perilaku dan pola pikir yang harus dimiliki anak di masa depan. Bagi orangtua, untuk memulai proses menanamkan nilai dalam pikiran anak, orangtua perlu mempercayai nilai-nilai ini, untuk saling setuju satu sama lain. Selain itu, menanamkan nilai-nilai positif bagi perkembangan anak, dan yang terpenting, teladan nilai-nilai dan perilaku.
(Baca juga : Mengajarkan Anak untuk Disiplin dari Kegiatannya Sehari-hari)
3. Berkomunikasi tentang nilai moral secara positif.
Setelah orang tua mencapai kesepakatan satu sama lain mengenai nilai dan harapan yang diinginkan pada anak-anak, orang tua perlu menciptakan parameter. Parameter adalah penentuan nilai umum yang diharapkan mampu diterapkan oleh anak.
Hal ini ditunjukkan oleh contoh-contoh sesuai keinginan orangtua untuk bisa diterapkan pada anak-anaknya. Energi kreatif yang digunakan orangtua dalam berbagai situasi untuk mengkomunikasikan parameter ini memerlukan gambaran yang lebih jelas dan lebih terfokus pada anak agar ia memahami apa yang orang tua maksud.
4. Tetapkan batasan dan harapan.
Orangtua menetapkan batasan dan harapan saat mereka menyatakan peraturan tentang apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan anak. Karena orangtua mengamati perilaku anak erta melihat bahwa anak tersebut sering berada di luar parameter yang telah ditentukan. Orangtua pasti akan melihat ketidaksesuaian antara parameter (nilai yang diinginkan) dan perilaku anak yang tidak pantas. Untuk memindahkan anak kembali ke dalam garis parameter, orang tua perlu memberi tahu anak aturan tentang apa yang dapat dan tidak dapat anak lakukan.
(Baca juga : Ingin Disiplin. Ajarkan Konsistensi Pada Anak)
5. Siapkan anak dengan konsekuensi yang diantisipasi.
Setelah parameter dan batas yang sesuai ditetapkan, persiapan situasional secara logis akan mengikuti. Situasi tertentu yang akan terjadi, seperti mengunjungi kerabat, pergi ke tempat ibadah, dan melakukan perjalanan seharian mensyaratkan agar orangtua mempersiapkan anak-anak sesuai dengan harapan Ayah dan Ibu yang lebih spesifik.
Orangtua perlu memberikan anak antisipasi atas penghargaan atau konsekuensi hukuman atas perilaku yang tidak pantas. Dengan menguraikan harapan orangtua kepada anak tersebut, orangtua menyiapkan pilihan secara ‘paksa’ yang mampu meningkatkan kemungkinan anak tersebut menampilkan perilaku yang disetujui secara sosial.
6. Lakukan tanya-jawab.
Setelah diadakan sebuah acara tertentu, orangtua perlu menanyakan anak-anak tentang bagaimana segala sesuatunya berjalan sesuai persepsi Ayah dan Ibu. Anak-anak harus diperingatkan dan dievaluasi segera setelah adanya kejadian situasional.
7. Berikan konsekuensinya.
Orangtua perlu mengamati anak dan memberikan konsekuensi yang memuaskan atau menghukum tergantung pada perilaku yang ditunjukkan oleh anak. Konsekuensi adalah tanggapan terhadap perilaku yang meningkatkan atau menurunkan kemungkinan seseorang mengikuti perilaku tertentu. Menggunakan konsekuensi menunjukkan penentuan batas dan menjaga integritas sebagai figur otoritas orang tua.
(Baca juga : Stimulus Sederhana Untuk Melatih Disiplin Pada Anak)
8. Diskusikan tujuan disiplin.
Akhirnya, orangtua akan bertanya kepada anak-anak atau memberi tahu anak alasan disiplin untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi kebencian. Sesuai dengan usia anak, orangtua menjelaskan bagaimana pilihannya dapat mempengaruhi keluarga, teman, dan perkembangan anak sebagai pribadi. Semakin muda usia anak, semakin sederhana penjelasannya. Semakin tua usia anak, semakin kompleks penjelasan tentang alasannya.
Memberikan nilai kepada anak seperti cinta, ketaatan, rasa hormat, empati, kejujuran, kemandirian, tekad, hati nurani, pemikiran kritis, pengendalian rasa sakit, keterampilan sosial, dan kesadaran keselamatan adalah ungkapan cinta dari orangtua. Orangtua yang secara sadar telah mendisiplinkan anak, akhirnya akan menciptakan anak yang mampu mendisiplinkan diri. Munculnya disiplin diri pada individu-individu muda adalah tanda pasti cinta orangtua untuk anak.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR