nakita.id.- Setiap orangtua punya visi dan mimpi tentang pendidikan yang ideal untuk anak-anaknya. Ketika visi dan mimpi itu beradu dengan dunia nyata, muncullah pilihan-pilihan.
Di dalam setiap pilihan, pasti ada kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra. Dalam alternatif pilihan pendidikan untuk anak, salah satu yang mulai sering muncul saat ini adalah homeschooling atau biasa disebut juga home-education, pendidikan berbasis rumah.
Baca juga: 5 Tanda Anak Siap Belajar Baca Tulis
Sesungguhnya, homeschooling bukanlah lembaga pendidikan, bukan juga bimbingan belajar yang dilaksanakan di sebuah lembaga. Tetapi homeschooling adalah model pembelajaran di rumah dengan orangtua sebagai guru utama atau bisa juga mendatangkan guru pendamping sebagai tutor untuk datang ke rumah.
Homeschooling juga bukan berarti kegiatannya selalu dilaksanakan di rumah karena siswa dapat belajar di alam bebas baik di laboratorium, perpustakaan, museum, tempat wisata, dan lingkungan sekitarnya. Yang jelas, inti dari homeschooling adalah model pendidikan yang dilaksanakan di luar ruang kelas dengan orangtua sebagai guru utama.
Di Indonesia, homeschooling semakin dikenal masyarakat setelah berdirinya beberapa lembaga pendidikan non formal yang menggunakan merek homeschooling. Selain itu, karena waktu belajarnya yang fleksibel, banyak para artis, seniman, hingga atlet memilih model pendidikan seperti ini.
Hal ini membuat homeschooling semakin moncer dan terkesan esklusif dan hanya untuk kalangan masyarakat menengah keatas. Padahal, kegiatan homeschooling dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dari kalangan menengah atas hingga kalangan menengah bawah dengan syarat orangtua benar-benar mengatur model kegiatan belajar mengajar dan kurikulum yang paling efektif, sesuai dan benar bagi anak-anaknya.
Baca juga: Kiat Ampuh Menumbuhkan Minat Belajar Anak Sejak Dini
Mengenai pilihan kurikulum homeschooling apa yang akan digunakan terserah pada setiap keluarga. Keluarga dapat memilih homeschooling yang mengacu pada kurikulum nasional atau kurikulum lain, semisal kurikulum Cambridge IGCSE yang digunakan oleh sekolah-sekolah internasional di Indonesia.
Jika kurikulum nasional yang diacu, maka hanya ada satu jenis kurikulum yang dibuat oleh Kemendiknas, yaitu kurikulum yang digunakan di sekolah-sekolah. Dengan menggunakan kurikulum tersebut, keluarga dapat mengikutkan anaknya pada Ujian Kesetaraan (Paket A, Paket B, Paket C). Di Indonesia, ada beberapa klasifikasi model homeschooling di antaranya:
1. Homeschooling tunggal
Model ini dilaksanakan dalam satu keluarga dan tidak bergabung dengan keluarga lainnya yang melakukan homeschooling terhadap anak-anaknya.
2. Homeschooling majemuk
Model ini dilaksanakan oleh beberapa keluarga dengan kegiatan-kegiatan tertentu juga kegiatan pokok dan kegiatannya tetap dilaksanakan di rumah masing-masing.
3. Komunitas homeschooling
Komunitas homeschooling adalah gabungan dari komunitas majemuk dan mereka menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, dan hal-hal lainnya.
Saat ini, homeschooling sangat populer di Amerika Serikat, dengan persentase anak-anak 5-17 tahun yang diberikan homeschooling meningkat dari 1.7% pada 1999 menjadi 2.9% pada 2007.
Yang harus di ingat, keberhasilan homeschooling sangat ditentukan oleh orangtuanya. Homeschooling hanya akan berhasil jika orangtuanya mampu memberikan contoh perilaku yang baik bagi anaknya, dan orangtuanya adalah orangtua yang rajin membaca, disiplin pada waktu, giat mencari informasi serta bersungguh-sungguh mengajarkan materi pada anaknya. (*)
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR