Nakita.id – Memasuki usia dua hingga tiga tahun, anak sering menunjukkan emosi yang membuat kita terkaget-kaget; lagi asyik-asyik main tahu-tahu tangisnya pecah dan sulit ditenangkan.
Masalahnya, anak batita belum memiliki kemampuan mengenal banyak emosi dan belum mampu mengekspresikan emosi dengan baik. Hal ini membuat anak punya perilaku yang tidak terduga.
Baca juga: 10 Perilaku Anak yang Menunjukkan Tanda Gangguan Mental
AJAK MENGENALI EMOSI
Misalnya setelah tertawa terbahak-bahak, gangguan sedikit saja bisa membuatnya rewel dan menangis tanpa henti. Menurut Zero to Three, sebuah lembaga nirlaba di bidang parenting, saat anak berperilaku emosional seperti itu orangtua bisa membantunya melabel atau mengidentifikasi emosi yang dialaminya.
Ungkapkan pada anak bahwa ada masa di mana ia merasa kecewa dan juga marah. Jangan paksa anak untuk tidak merasa kecewa karena rasa kecewa itu wajar. Yang diperlukan adalah bagaimana ia bisa mengenali dan mengatur emosi tersebut.
Ibu juga perlu jadi contoh agar ia tahu bagaimana cara tepat untuk menghadapi situasi tertentu. Memang sulit untuk memberinya pemahaman mengenai emosi yang dirasakan. Namun, konsistensi dan pendampingan akan membantu si kecil untuk semakin memahami emosi yang dirasakan.
Baca juga: 5 Masalah Perilaku Anak Balita yang Umum Terjadi
BERPIKIR PRAOPERASIONAL
Menurut teori Jean Piaget, ahli biologi dan psikologi dari Swiss perilaku anak yang tidak terduga disebabkan oleh pola pikirnya yang sedang berkembang.
Anak usia ini belajar dari segala sesuatu yang ada di sekitarnya.Perkembangan kognitif atau kecerdasan anak oleh Piaget dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: tahap sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), konkret operasional (7-11 tahun), dan formal operasional (>11 tahun).
Nah, anak batita berada pada fase berpikir praoperasional. Fase ini memiliki rentang 2-7 tahun. Dinamakan tahap praoperasional karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis.
Jadi, meski sudah mengalami banyak perkembangan otak, nalarnya belum tersusun dengan baik sehingga ia bisa secara tiba-tiba melakukan hal yang tidak terduga. Maka, penting bagi Ibu untuk mendampingi si kecil saat bereksplorasi menemukan hal-hal baru.
Baca juga: Anak Tidak Sopan? Orangtua Mungkin Jadi Penyebabnya
Pendampingan akan membantu anak memahami hal-hal yang ada di sekitarnya, misal bunyi "miaw" menyimbolkan hewan yang disebut "kucing" atau mainan yang dipinjam nanti akan kembali ke tangannya jika sudah dikembalikan.
Selama mendampingi anak bermain dan beraktivitas, lakukan komunikasi aktif sambil memberinya pemahaman dan pelajaran berharga yang akan mengasah cara berpikirnya.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Heni Wiradimaja |
Editor | : | Heni Wiradimaja |
KOMENTAR