Nakita.id - Untuk orang-orang yang mengalami bully-an dari teman-temannya, atau dari lingkungan sekitar akibat kekurangan yang dimiliki, tentunya membuat mereka merasa rendah diri dan tak berharga. Tak heran jika banyak korban bully yang depresi hingga harus mengakhiri hidupnya. Namun, dua orang hebat ini tetap berkarya bahkan saat usianya masih sangat muda! Siapa saja mereka?
Didiagnosis dengan kondisi asma kritis di usia muda, Egypt "Ify" Ufele tidak bisa aktif sejak kecil, dan sejak itu perlakuan intens menyebabkan berat badannya bertambah. Namun, Ify dianggap cukup sehat untuk pergi ke sekolah.
Di sekolah, ia selalu diintimidasi dan disebut "gemuk." Lelah dijahili menggunakan pensil, anak perempuan berusia 11 tahun ini kemudian tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Alih-alih mendengarkan orang-orang yang meragukannya, ia memutuskan untuk “membuat perbedaan”, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi anak-anak lain agar bisa merasa aman dan tidak harus disiksa atau diintimidasi atas sesuatu yang tidak dapat mereka kendalikan.
Awalnya, saat usianya masih 10 tahun dan duduk di bangku kelas 5 SD, ia tidak dapat menemukan pakaian modis dalam ukuran tubuhnya dan menyadari orang lain mungkin memiliki masalah yang sama, Ify menciptakan clothing line sendiri yang disebut Chubiiline. Merek ini berfokus pada desain cetak Afrika, tempat asalnya dengan sentuhan perkotaan, sambil tetap merayakan warisan dan kesehatan Ify.
Karena Ify percaya pada dirinya dan bakatnya, akhirnya pada 2016 , salah satu acara bergengsi New York Fashion Week menggunakan desainnya yang terkesan kuat dan percaya diri untuk digunakan para model di atas panggung. Sejak saat itu, Ify juga telah memenangkan banyak penghargaan, termasuk Young Trailblazer Award, tidak hanya untuk fashion line-nya, tapi juga untuk prinsip keberagaman dan penerimaan di baliknya.
Tidak hanya membangun clothing line-nya, Ify pun juga aktif dalam memimpin gerakan BullyChasers untuk menyebarkan kesadaran tentang kekerasan sejata dan intimidasi.
Kini anak yang dikenal sebagai desainer dan pengusaha cilik itu berpesan bahwa jangan pernah menyerah terhadap keadaan ketika dunia tampak kejam.
Ia dan para visioner lainnya membuktikan bahwa tidak masalah dengan apa yang dikatakan orang, jika kita percaya pada diri sendiri dan cita-cita, kita dapat melakukan apa pun. Tidak ada yang punya kekuatan untuk mendefinisikan siapa kita atau mencegah kita mengejar kesuksesan. “Kita pun bisa mulai mengejar impian dan menetapkan jalan sendiri, karena yang dibutuhkan hanyalah keinginan kuat dan kemauan untuk bekerja keras mewujudkannya,” tuturnya.
Akibat mengidap disleksia (tidak mampu belajar dengan baik karena kesulitan menginterpretasikan huruf, mengeja, menulis serta hal-hal teknis lain yang berhubungan dengan kata-kata), Ollie Forsyth yang kini berusia 19 tahun kerap mendapat bully-an semasa kecilnya.
Pernah dikirimkan ke sekolah berkebutuhan khusus, akhirnya kedua orangtua memindahkannya ke sekolah umum dan di sanalah semua aksi bully bermula.
Karena penyakit bawaannya ini, teman-teman sekolahnya mengejeknya bodoh dan ia tidak memiliki teman sama sekali.
Namun, Pemuda asal Northamptonshire, Inggris tidak pernah menyerah untuk mewujudkan impiannya.
Tekun belajar teknik bisnis dan bertekad untuk menjadi pengusaha dalam usia muda, Ollie yang berasal dari keluarga sederhana ini kemudian memutuskan untuk mengikuti pendidikan bisnis dari The Peter Jones Enterprises Academy.
Di usia 13 tahun, Ollie memanfaatkan internet dengan membuka toko hadiah online untuk bisnis pertamanya.
Tampilan toko online yang diberi nama Ollie’s Shop ini didesain secara eksklusif namun harga tetap terjangkau.
Ollie’s Shop menyediakan beragam produk, mulai dari gelang, dompet kulit, dan sejumlah aksesoris lainnya dengan target remaja hingga orangtua.
Selama enam bulan menjalankan usaha online di rumahnya sendiri, Ollie mengklaim bahwa ia berhasil mendapatkan keuntungan sekitar Rp 290 juta di tahun pertama.
Tahun selanjutnya, ia bahkan bisa meraup keuntungan sebesar Rp 670 juta lebih dan selalu berkembang di tahun-tahun berikutnya.
Tak puas hanya di sini, di usia ke 16 tahun ia membuka bisnis toko online kedua yang diberi nama Charmou yang diluncurkan pada tahun 2014.
Karena semakin sukses, ia juga memberanikan diri menjalankan bisnis media melalui majalah The Budding Entrepreneur di Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman.
Terbukti dari hasil usahanya yang tidak pernah pudar, Ollie dinobatkan sebagai The Great British Entrepreneurs Award di Inggris.
Ollie juga tak lupa berpartisipasi di sejumlah organisasi kemanusiaan.
Di antaranya, Children’s Hospice di Anglia Timur, The Soldier’s Charity yang digagas oleh Army Benevolent Fund, serta menjadi salah satu duta The Winner, sebuah media online yang bertujuan untuk menghubungkan pengguna internet dengan badan amal.
Ollie berhasil membalas ejekan teman-teman di masa lalunya dengan cara yang positif. Ia bisa membuktikan bahwa dirinya bukanlah sebuah kegagalan. "Ini justru membuktikan pada para bully bahwa saya bukanlah suatu kegagalan," ucapnya. (*)
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR