Nakita.id - Penyakit kanker payudara stadium 4 atau stadium akhir terus menjalar di sekitar badan Nurlina (34). Badan Nurlina tampak hancur digerogoti kanker, bahkan terdapat belatung dalam tubuhnya.
Sudah hampir sepekan, badan Nurlina dipenuhi belatung. Petugas kesehatan setiap hari mencabut belatung demi belatung yang terus beranak pinak di tubuhnya.
Saat Kompas.com menemui di RSUD Polewali Mandar, Selasa (5/9/2017), Nurlina tampak meringis menahan rasa sakit saat belatung di badannya dicabuti petugas menggunakan pinset.
Darah segar terus keluar dari di badannya.
Agar tidak tidak merembes ke sekujur tubuh dan lantai bangsal rumah sakit, petugas terpaksa memberi kain kasa di permukaan luka kanker di badan Nurlina.
Nurlina mengaku stres karena kerap dirujuk dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Namun dia tak kunjung mendapatkan tindakan medis untuk menghentikan penyebaran kanker ditubuhnya.
“Saya sudah hampir lebih dari dua bulan di Rumah Sakit Wahidin. Janji dua minggu akan menjalani kemoterapi ternyata tidak. Dokter dan petugas rumah sakit juga tak memberi penjelasan apa alasan saya tidak dikemoterapi,” tutur Nurlina.
Sementara sel kanker yang menyerang tubuhnya sejak lebih dari dua tahun terakhir sejak penyakit ganas tersebut terus melebar dan menghancurkan sel-sel daging dalam tubuhnya.
Seperti sebelum dirujuk ke rumah sakit, petugas kesehatan hanya memberikan cairan infus dan obat untuk mencegah rasa sakit di badannya, terutama saat kanker dan belatung sedang beraksi di badannya.
Sebelumnya, wanita penderita kanker payudara stadium 4 ini dirujuk petugas puskemas pembantu Pasiang ke RSUD Polewali Mandar tiga bulan lalu.
Ia sempat dirawat di RSUD Polewali Mandar selama hampir dua bulan. Karena kondisinya terus memburuk dan kanker terus menjalar di tubuhnya.
Nurlina yang mengantongi kartu BPJS kesehatan ini kemudian dirujuk petugas ke rumah sakit regional DR Wahidin Sudiro Husodo, Makassar, Sulawesi Selatan. “Waktu pertama kali diperiksa dokter di RS Wahidin katanya saya harus dikemoterapi biar kankernya tidak menyebar,” ujar Nurlina.
Selama hampir dua bulan lebih berada di bangsal rumah sakit Makassar, Nurlina mengaku tak mendapat penanganan medis yang semestinya.
Lelah dan stres terbaring tak berdaya di bangsal rumah sakit Wahidin Makassar, Nurlina yang dijaga secara bergantian oleh relawan, akhirnya meminta dipulangkan ke kampung halamannya.
Nurlina beralasan jika hanya terbaring di bangsal tanpa tindakan medis, lebih baik dipulangkan ke kampung halamannya supaya bisa dijenguk sanak tetangga setiap harinya.
Nurlina akhirnya dipulangkan ke kampung halamannya di desa Pasiang kecamatan Matakali Polewali Mandar. Karena tak punya rumah sendiri, janda dua anak ini kemudian ditampung petugas di salah satu ruangan Pustu Pasiang, kecamatan Matakali.
Di salah satu ruangan Pustu itu Nurlina dirawat oleh bidan Fitri dengan seadanya.
“Ada satu keluarganya di sini tapi dia juga termasuk tidak mampu makanya petugas berinisiatif menampung Nurlina dan anaknya di pustu Pasiang. Selama di sini ia diberi ramuan tradisonal agar kelak bisa sembuh. Anaknya kita sekolahkan di sekolah terdekat dari pustu,” ucap Fitri.
Saat kondisi kesehatan Nurlina kian memburuk, Nurlina kembali dilarikan ke Rumah Sakit Polewali Mandar untuk kedua kalinya.
Belatung yang tiba-tiba muncul dari dalam badan Nurlina itu, dalam sehari jumlahnya mencapai puluhan ekor. Setiap hari petugas kesehatan mencabuti belatung itu supaya tidak menggerogoti badannya.
“Kita bingung segala upaya sudah kita lakukan termasuk memberi obat tradisional dari ramuan dedaunan tapi tak kunjung sembuh. Belakangan malah belatung hidup berkembang biak di badannya,” tutur Rani, salah satu keluarga dan tetangganya yang mendampingi saat di rumah sakit.
Kendati badannya terus digerogoti kanker dan belatung hidup, Namun semangat Nurlina tak pernah padam untuk tetap bertahan. Satu satu yang menjadi pikiran Nurlina adalah putri semata wayangnya, Arlin (8) yang ikut jadi korban.
(Kompas Regional/Junaedi/Erlangga Djumena)
Tips Masak Praktis dan Tetap Bergizi untuk Keluarga Tercinta, Moms yang Sibuk Bisa Coba Juga!
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR