Dokter yang akrab disapa Yeni ini mencontohkan, ketika dirinya mengunjungi museum vagina di Eropa, ada banyak bentuk vulva (organ genetalia luar) yang ditampilkan pada museum tersebut.
Hal itu menunjukkan bahwa seluruh wanita di dunia punya bentuk vulva yang berbeda-beda.
"Dari tembok ke tembok ada ribuan bahkan jutaan gambar vulva berbeda. Tidak ada satu pun yang sama," kata Yeni ketika ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/11/2018).
Menurutnya, penilaian dokter belum tentu sama dengan preferensi pasien.
Misalnya, ketika dokter menilai vulva seorang pasiennya terlalu lebar, bisa jadi pasien tersebut justru menyukainya.
Dalam kasus ini, berarti pasien tak membutuhkan prosedur peremajaan vagina.
"Ideal adalah ukuran masing-masing orang dan kami tidak akan melakukan apapun untuk mereka," ucap Yeni.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR