Nakita.id - Memiliki keturunan setelah menikah tentu menjadi dambaan semua pasangan suami istri karena kehadiran anak di tengah keluarga dipercaya dapat menambah kehangatan dan keceriaan.
Namun tidak semua pasangan dikaruniai anak dalam waktu singkat, bahkan bisa tidak sama sekali.
Baca Juga : Tak Terekspos, Kecantikan Anak Ariel NOAH Bernama Allea Anata Menawan Mirip Ayahnya
Kondisi ini disebut infertilitas atau ketidaksuburan, yaitu suatu keadaan di mana belum terjadi kehamilan meski tidak menggunakan kontrasepsi apa pun, padahal melakukan hubungan seksual secara teratur selama 6 bulan sampai 1 tahun.
Infertilitas biasanya tergantung pada penyebab utamanya yang perlu dicari tahu sebelum dokter kebidanan dan kandungan dapat memberikan rekomendasi untuk program kehamilan.
“Sebelum menentukan jenis program kehamilan yang akan dilakukan, perlu dipastikan terlebih dahulu apa penyebab sulit hamil tersebut.
Memang tidak semua dapat dijelaskan penyebabnya. 20% yang tidak diketahui penyebabnya, disebut sebagai "unexplain infertility”, ujar konsultan obstetri dan ginekologi dengan subspesialisasi fertilitas Siloam Hospitals Kebon Jeruk Dr. med. Ferdhy Suryadi Suwandinata, Sp.OG(K-FER) di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor hormonal, gangguan pematangan sel telur, endometriosis, miom, kista, tumor, bahkan kanker.
Sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri dan melakukan konsultasi dengan dokter kebidanan dan kandungan untuk mendapatkan rekomendasi pengobatan dan prosedur yang tepat dan efektif.
Hal ini penting dilakukan untuk dapat meminimalkan perkembangan maupun efek dari penyebab infertilitas yang disebutkan di atas terutama pada kasus endometriosis.
Baca Juga : Mengatasi Kulit Kusam dengan 8 Kebiasaan Ini, Lihat Perbedaannya!
Penanganan dengan menggunakan obat-obatan bisa diberikan untuk penyebab infertilitas seperti faktor hormonal atau masalah pematangan sel telur namun penanganan yang berbeda seperti pembedahan dapat dilakukan untuk pasien dengan kasus endometriosis, miom, kista, tumor, dan kanker.
Tindakan operasi saat ini dapat dilakukan dengan teknik konvensional (pasien dibedah dengan sayatan yang lebar untuk mengangkat kista) dan metode terkini di dunia kedokteran yaitu bedah minimal invasif yang lebih dikenal dengan istilah laparoskopi/ endoskopi.
Laparoskopi adalah sebuah teknik bedah invasif minimal dengan menggunakan instrumen bedah berdiameter kecil (5mm-10mm) untuk melakukan prosedur pembedahan di dalam rongga perut.
Lihat postingan ini di Instagram
Konsulen obstetri dan ginekologi dengan subspesialis onkologi Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr. Ong Tjandra, MMPd, M.Kes, Sp.OG(K-Onk) menjelaskan, operasi laparoskopi untuk kasus-kasus kandungan dilakukan berdasarkan penilaian atas kondisi masing-masing individu.
Teknik operasi ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain luka sayatan yang sangat kecil yaitu sekitar 7 mm jika dibandingkan dengan luka sayatan pada operasi konvensional yang dapat mencapai 100 mm.
Baca Juga : Moms Termasuk Pelit? Hati-hati, Ternyata Ini Dampaknya Bagi Kesehatan!
Waktu pemulihan pasien yang relatif cepat, nyeri luka paska operasi minimal dan risiko komplikasi yang relatif rendah. Teknologi ini dapat kita aplikasikan juga pada kasus-kasus keganasan”.
Tindakan laparoskopi untuk pengangkatan kista (laparascopic cystectomy), pengangkatan polip (histeroscopic polypectomy), pengangkatan miom (laparoscopic myomectomy) hingga pengangkatan rahim (total laparoscopic hysterectomy) untuk kasus jinak dan ganas sudah dilakukan di Siloam Hospitals Kebon Jeruk. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Terobosan Baru Penanganan Masalah Kesuburan Wanita"
Source | : | tribunnews |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR