Nakita.id - Pneumonia dapat dicegah dan dapat diobati, namun masih menjadi penyebab utama kematian balita.
Pada 2016, hampir 900.000 anak balita di dunia meninggal karena pneumonia.
Badan PBB untuk Anak-Anak (UNICEF) melaporkan bahwa pada 2015 terdapat sekitar 17 persen dari seluruh anak balita di Indonesia meninggal karena Pneumonia.
Baca Juga : Ibu Ayu Dewi Meninggal Karena Pneumonia, Awas Kebiasaan Ngupil Bisa Picu Infeksi Paru-paru!
Dari statistik tersebut, dapat diperkirakan sebanyak 2-3 anak balita meninggal karena pneumonia setiap jamnya.
Hal tersebut menjadikan pneumonia sebagai penyebab kematian utama anak balita di Indonesia.
Pneumonia adalah radang akut jaringan paru dan sekitarnya.
Pneumonia merupakan manifestasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat dan dapat menyebabkan kematian.
Penyebab pneumonia
Penyebab pneumonia adalah berbagai macam bakteri, virus, atau jamur.
Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah pneumokokus (Streptococcus pneumonia) dan Hib (Hemophilus influenza type b).
Virus penyebab pneumonia tersering adalah respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza, rhinovirus dan virus campak atau morbili.
Baca Juga : Bukti Cinta Memang Buta, Laki-laki 25 Tahun Nikahi Tukang Urut Langganannya
Tanda pneumonia
Tanda-tanda balita mengalami pneumonia adalah terjadinya peningkatan frekuensi napas hingga tampak sesak napas.
Tanda terjadinya sesak napas berupa tarikan dinding dada bagian bawah (retraksi) atau disebut chest indrawing yang terlihat setiap kali anak menarik napas.
Napas cepat (takipneu) merupakan tanda pneumonia yang penting.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Tidak Ada Perdarahan Saat Pertama Kali Berhubungan Intim, Tanda Tidak Perawan?
Oleh sebab itu, kader kesehatan diajarkan untuk mengenali tanda awal pneumonia ini dengan cara menghitung frekuensi napas selama 1 menit penuh.
Batasan frekuensi napas cepat pada bayi kurang dari 2 bulan adalah lebih/sama dengan 60 kali per menit, pada bayi 2-12 bulan adalah 50 kali per menit sedangkan usia 1-5 tahun adalah 40 kali per menit.
Balita yang mengalami perburukan gejala atau pneumonia yang berat ditandai dengan gelisah, tidak mau makan/minum, sianosis (kebiruan pada bibir) kejang, hingga penurunan kesadaran.
Baca Juga : Informasi Kehamilan Sehat Bulan 8 : Pantau Gerakan Janin ya Moms
Cara menanggulangi pneumonia
Untuk menanggulangi pneumonia ada 3 langkah utama yang dicanangkan oleh WHO: yaitu proteksi balita, pencegahan pneumonia dan tata laksana pneumonia yang tepat.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Tidak Ada Perdarahan Saat Pertama Kali Berhubungan Intim, Tanda Tidak Perawan?
Proteksi ditujukan untuk menyediakan lingkungan hidup yang sehat bagi balita, yaitu nutrisi yang cukup, ASI ekslusif sampai bayi usia 6 bulan, mencuci tangan dan udara pernapasan yang terbebas dari polusi (asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik). Pemberian ASI ekslusif dapat menurunkan kejadian pneumonia pada balita sebesar 15-23%.
Balita yang mengalami kekurangan vitamin A juga berisiko terkena pneumonia, karena pertahanan saluran napas menjadi lemah.
Pencegahan bayi dari sakit pneumonia terutama dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap kepada bayi.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: 2 Cara Membuat Mata Menjadi Cantik Memesona
Imunisasi terkait pneumonia meliputi imunisasi pertusis (DPT), pneumokokus (PCV), Haemophilus influenzae tipe b (Hib), campak, dan influenza.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Cantik Dimulai dari Mata, Seperti Ini Mata yang Proporsional
Balita yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap akan memiliki kekebalan terhadap bakteri/virus penyebab pneumonia, sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya pneumonia.
Indonesia telah menerapkan imunisasi Hib dalam bentuk vaksin pentavalent dalam Program Imunisasi Nasional sejak tahun 2013.
Baca Juga : Cara Mencegah Kehamilan, Lakukan Metode Ini dan Jangan Sampai Keliru!
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan imunisasi Hib dengan jadwal pemberian pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan imunisasi penguat pada 15-18 bulan.
Sedangkan imunisasi pneumokokus (PCV) diberikan pada umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan imunisasi penguat pada 12-15 bulan.
Indonesia telah memulai program imunisasi pneumokokus pada tahun 2017 di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur; Pada tahun 2018 ini diperluas ke Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Tengah, Pangkal Pinang, Bangka dan Bangka Tengah.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Cantik Dimulai dari Mata, Seperti Ini Mata yang Proporsional
Tata laksana pneumonia yang efektif meliputi meningkatkan kesadaran masyarakat mencari layanan kesehatan dan rujukan, memastikan diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat di komunitas, memastikan akses obat dan oksigen serta penyediaan makanan bergizi atau ASI.
Baca Juga : Berita Kesehatan : Hipoglikemia Sebabkan Gangguan Pada Irama Jantung
Berbicara mengenai ASI, Ketua Unit Kerja Khusus Respirologi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dr. Nastiti Kaswandani, SpA(K) mengatakan pemberian ASI eksklusif kepada bayi dapat melindungi anak dari pneumonia.
Baca Juga : Mudah! Agar Si Kecil Rajin Menabung, Gunakan Cara Berikut Ini
"Anak memerlukan nutrisi yang cukup sehingga memiliki gizi yang baik dari ASI untuk terhindar dari pneumonia," ungkap Nastiti dalam Seminar Media Hari Pneumonia Dunia yang diadakan PP IDAI di Jakarta (29/11).
Selain itu, orangtua perlu diajarkan untuk mengenal tanda bahaya pneumonia agar dapat memperoleh penanganan cepat.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Adakah Cara Mengeluarkan Racun Rokok dari dalam Tubuh?
Upaya memerangi pneumonia merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, praktisi kesehatan, swasta, dan masyarakat.
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR