Nakita.id - Kebutuhan akan buang air kecil adalah hal yang mutlak, namun bagaimana jika Moms sedang berada di luar rumah?
Dengan alasan kenyamanan dan higienitas, kebanyakan orang akan memilih menahan buang air kecil di toilet umum.
Namun, tak banyak yang tahu jika ada segelintir orang yang ternyata mengalami phobia akan toilet umum.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali Mikropenis, Kondisi Penis Kecil Pada Anak
Tak hanya rasa tak nyaman, ada orang yang justeru merasa takut, malu dan cemas ketika akan buang air kecil di toilet umum.
Terkait hal itu, ketakutan akan toilet umum terdaftar sebagai fobia sosial dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) edisi terbaru.
Phobia akan toilet umum bernama paruresis atau dikenal sebagai shy bladder syndrome.
Secara sederhana, seseorang merasa tak nyaman buang air kecil ditengah keberadaan orang lain.
Steven Soifer, PhD, CEO International Paruresis Association menyebutkan, sebanyak 7% dari populasi orang Amerika (sekitar 20 juta orang) mengalami paruresis.
Sebanyak 22% orang yang mengidap shy bladder syndrome bahkan mengidap gangguan kecemasan sosial.
"Dalam situasi sosial, ada orang yang kesulitan bahkan tidak bisa mengeluarkan urin dengan adanya kehadiran orang lain.
Bahkan jika ada penjahat yang menodongkan pistol di kepalanya dan mengancam 'pipis atau mati', ada kemungkinan orang itu tetap tidak bisa pipis", tutur Soifer.
Kebanyakan saran yang berkembang akan menyarankan minum banyak air putih agar bisa buang air kecil, padahal orang dengan paruresis tetap sulit untuk buang air kecil.
Baca Juga : Garuda Online Travel Fair 2018 Resmi Digelar, Ini Daftar Promonya yang Menggiurkan
Sebagai seorang yang bekerja dalam asosiasi paruresis, siapa sangka Soifer pernah mengalami penyakit ini.
Soifer pernah menahan pipisnya selama 16 jam perjalanan kereta dari Paris ke Madrid.
“Pintu toiletnya tidak mau terkunci di kereta dan banyak orang yang duduk di luar pintu toilet. Tidak mungkin aku bisa pipis di sana," ungkapnya.
Soifer mengaku baru sembuh dari paruresis setelah 20 tahun lamanya.
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Diabetes Pada Anak Dapat Menular, Benarkah?
Lalu apa saja gejala terhadap phobia ini?
“Kamu mungkin akan mengalami gejala kecemasan fisik dari fobia pesawat atau elevator, tapi bukan rasa sakit," ujar Soifer.
Baca Juga : Cegah Depresi, Tingkatkan Hormon Serotonin dengan Metode Sederhana Ini
Hal ini disebabkan beragam faktor, namun biasanya berawal dari kekerasan seksual atau trauma, bisa juga akibat mendapat perilaku bullying di sekolah.
Beberapa orang juga sangat mungkin mengalami paruresis setelah operasi, ketika suster meminta mereka pasien untuk buang air kecil sebelum pulang.
“Hal itu bisa sangat mengganggu ketika seorang suster membawamu ke toilet dan menunggu di luar pintu,” ungkap Soifer.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Tidak Ada Perdarahan Saat Pertama Kali Berhubungan Intim, Tanda Tidak Perawan?
Soifer juga menyebutkan bahwa 90% penderita yang mendaftar untuk pemulihan adalah laki-laki.
Belum ada penelitian bagaimana merawat paruresis, tapi para ahli percaya bahwa terapi perilaku kognitif dapat menyembuhkan phobia ini.
Ada juga terapi acceptance and commitment, tipe lain dari psikoterapi, juga bisa bermanfaat.
Baca Juga : Ramai Kabar Perceraian Gading dan Gisel, Maya Septha: 'Semua Pernikahan Itu Rumit'
Selain itu, pengobatan anti kecemasan mungkin juga bisa berperan.
Terapi-terapi itu memang tidak bisa membuat para pengidap paruresis langsung buang air kecil, namun bisa mengurangi rasa malu dan cemas saat akan berkemih di tempat umum.
Nah, apakah Moms atau Dads merasakannya?
Source | : | Health |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR