Nakita.id - Ruam popok menjadi masalah yang sering dialami bayi, utamanya pada tahun pertama kehidupan bayi.
Kondisi ini disebabkan beragam hal, namun penyebab paling sering karena adanya iritasi dan alergi.
Dalam dunia medis disebut dermatitis contact irritant dan dermatitis contact allergy.
Seperti diketahui, urin dan sisa feses mengandung enzim pencernaan yang sifatnya iritatif terhadap kulit bayi yang sensitif.
Selain itu, infeksi jamur juga bisa menjadi penyebab ruam popok di area genital bayi.
Apalagi saat bayi sedang mengalami diare dan fesesnya terlambat dibersihkan, maka kuman akan masuk ke area kulit yang lembab dan tergesek.
Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Bayi Moms Mengalami Kolik, Lakukan Cara Ini untuk Mengatasinya
Namun jangan salah, kesalahan ibu juga bisa menjadi penyebab bayi akan tersiksa dengan ruam ini.
"Masih sering ditemukan, orangtua menunggu dulu sampai popoknya penuh baru diganti sehingga bayi jadi mengalami ruam," ungkap Dr. Balquist Farida, Sp.KK saat ditemui Nakita.id pada Senin (5/11).
Penelitian menunjukkan, popok bayi sebaiknya diganti minimal 5x sehari atau setiap 3-4 jam sekali.
Namun, jika kondisinya bayi buang air besar maka harus segera diganti.
"Feses bayi itu bisa mengiritasi, selain itu jamur yang berasal dari flora usus juga bisa menginfeksi kulit," jelas Balquist.
Tak hanya itu, penting juga untuk Moms memilih produk popok dengan daya serap berkualitas bagus sehingga mengurangi risiko diaper rush pada Si Kecil.
Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Merawat Tali Pusat Bayi, Pastikan Selalu Kering agar Tidak Infeksi
Namun, jika Si Kecil sudah terlanjur mengalami ruam maka ada pertolongan pertama yang bisa Moms lakukan.
Pertama yaitu mengoleskan krim yang mengandung zinc oxyde, jika murni karena iritasi maka ruam akan segera membaik.
Jika masih berlanjut, maka Moms memerlukan krim yang mengandung obat antiinflamasi atau steroid.
Yang perlu menjadi perhatian khusus, yaitu jika ruam tak kunjung membaik dalam waktu 2-3 hari.
"Itu berarti bayi terkena infeksi jamur, maka harus menggunakan krim anti jamur.
Untuk penggunaannya, sebaiknya dosis dalam pengawasan dokter", tegas Balquist.
Yang tak kalah penting, pengolesan krim harus dilakukan saat area kulit bayi sudah dibersihkan.
Hal ini penting untuk diperhatikan, sehingga efektivitas krim tidak terhambat kotoran atau kulit mati.
"Pastikan tangan kita juga bersih, wajib memotong kuku sehingga tidak menimbulkan lecet atau luka baru di kulit," tutup Balquist.
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR