Ananda langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
"Awalnya ke rumah sakit di Wates, paginya baru dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito," ucap Sugiyantom di rumahnya yang beratap seng dan berdinding batako itu.
Meski sudah mendapatkan pertolongan sebut dia, kondisi Ananda tak kunjung membaik. Awalnya Ananda hanya merasa mual sampai akhirnya tubuhnya menjadi kaku yang diduga pengaruh bisa dari ular weling itu. Ananda pun harus menjalani perawatan intensif di RSUP Sardjito dengan kondisinya tersebut.
"Selama 32 hari, anak saya dirawat inap di RSUP Sardjito," tutur perajin ceriping berbahan umbi-umbian itu.
Beruntung, Sugiyanto memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga biaya pengobatan anaknya tidak begitu menjadi kendala.
Awal Maret 2017 sebut Sugiyanto, anaknya diperbolehkan pulang untuk menjalani pengobatan di rumah. Setiap bulan Ananda dibawa ke RSUP Sardjito untuk berobat.
Di rumahnya, Ananda hanya berbaring di atas kasur ditemani Rianingsih setiap hari. Agar tak bosan, Rianingsih membacakan ayat suci Alquran atau bercerita. Penglihatan Ananda memang tidak berfungsi secara normal setelah dipatok ular.
"Selama di rumah, anak saya harus makan tiga jam sekali lewat saluran hidung. Setiap hari dia masih minum obat. Kadang-kadang kami terapi sendiri seperti dijemur di bawah sinar matahari pagi, diajak duduk, dan dipijat," kata Sugiyanto.
Sugiyanto sendiri mengaku, setiap hari dirinya harus mencari ubi gadung atau umbi liar yang tumbuh di tengah hutan untuk dijadikan keripik. Penghasilannya yang tak menentu, membuat pria kelahiran Ngawi ini lebih giat bekerja. Apalagi istrinya saat ini fokus merawat anaknya.
Selain memenuhi kebutuhan hidup, dia juga harus memenuhi kebutuhan anaknya selama menjalani perawatan di rumah. "Setiap hari saya buat keripik setengah jadi. Setelah itu saya kirim ke Klaten. Alhamdulillah adasaja rejekinya untuk anak saya dengan kondisinya itu," tutur Sugiyanto.
Meski kondisi anaknya belum banyak berubah menurut Sugiyanto, terdapat kemajuan pada anaknya selama beberapa bulan terakhir. Ananda mulai bisa menunjukkan mimik wajah ketika sedih maupun senang. Bocah yang sempat duduk di kelas 1 SD Negeri Salamrejo itu pun mulai bisa tersenyum.
"Tiga kali kalau enggak salah, sekali tersenyum ketika tidur, sekali sama saya ketika saya ajak bercanda, dan sekali sama istri. Dia juga menangis kalau minta sesuatu atau sedang marah ," kata dia.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR