Ditambah adanya permintaan materi juga kebutuhan seksual yang tak terpenuhi, sehingga pasangan memutuskan untuk bercerai dan mencari kepuasan seksual yang baru menjadi satu kasus yang sangat sensitif untuk disinggung.
Melansir dari Bussines Insider, lebih dari 60 persen pasangan kurang bahagia memang berasal dari masalah finansial.
Sedangkan studi lain membuktikan bahwa adanya rasa kurang puas pada pasangan juga menjadi faktor penentu perceraian.
Dari kasus ini, International Journal of Emergency Mental Health and Human Resilience menemukan bahwa kasus tekanan psikis ini menjadi salah satu pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang bahkan berujung pembunuhan.
Bukan tidak mungkin bahwa rasa dendam dan ingin berkuasa di sini jadi pemicu pasangan melakukan KDRT dan pembunuhan.
Baca Juga : Awas! Stalking Pasangan di Media Sosial Dapat Berakibat Depresi dan Argumen Berujung Pembunuhan
Ditambah berbagai isu perceraian lain yang jadi bumbu terjadinya kasus pembunuhan.
Faktor psikis yang didukung adanya faktor situasional dan internal rumah tangga juga menyumbang reaksi emosi menambah keinginan melakukan kekerasan yang tak manusiawi.
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial juga menjadi faktor yang tak kalah mengerikan dari adanya pembunuhan yang berawal dari kasus perceraian.
Bila seseorang tinggal dan terbiasa dengan lingkungan yang memiliki perilaku dan mengambilan sikap yang baik, otomatis, akan mengalir di dirinya bagaimana penyelesaian masalah dengan cara sebaik-baiknya meski harus berpisah.
Muncul pula berbagai stigma bahwa keinginan bercerai didukung dengan adanya hubungan lingkungan sosial yang juga mendukung seseorang untuk bercerai.
Tekanan sosial di sini sangat penting pengaruhnya, lebih-lebih bila lingkungan sosial seolah menghalalkan perceraian dan tak menilik pihak yang bersalah.
Di sisi lain, lingkungan sosial positif juga tak selamanya baik.
Pasangan yang diceraikan atau korban perceraian bahkan pembunuhan bisa saja telah menyimpan duka dan sakit hatinya akibat perceraian yang dilayangkan pasangannya, tetapi mengingat lingkungan sosialnya tak pernah menghalalkan untuk bercerai, ia memilih bungkam dan menyimpan masalahnya baik-baik, sehingga terjadilah pertengkaran yang didukung ambisi pasangannya hingga terjadi KDRT bahkan pembunuhan.
Peran psikis dan sosial bagi pernikahan tak bisa dipisahkan.
Mereka akan turut mengikuti dan menggerogoti usia serta nasib pernikahan.
Sehingga ada baiknya, bila setiap pasangan tetap memiliki pendirian juga cara terbaik dalam berkomunikasi di rumah tangganya.
Masih Banyak yang Keliru, Begini Cara Tepat Melakukan Toilet Training pada Anak
Source | : | Kompas.com,Daily Mail,psychology today |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR