Tentu Moms pernah mendengar perselingkuhan Pangeran Inggris, Pangeran Charles beberapa tahun silam.
Sudah memperistri Putri Diana, namun ternyata Charles dikabarkan selingkuh dnegan Camilla Parker dan kini keduanya menjadi pasangan suami-istri.
Publik yang awalnya muak menjadi beralih menolerir pilihan Pangeran Charles saat itu, dengan alasan yang belum terdeteksi beberapa tahun silam.
Setelah melakukan berbagai survey, diketahui bahwa perempuan lebih memiliki toleransi tinggi untuk perselingkuhan.
Mereka mampu bersikap seakan-akan masalah tersebut bukan masalah besar, meski kadang teori yang mereka percaya juga sulit untuk mereka lakukan.
Menurut buku After the Affair, salah seorang mengatakan, "Jika suamiku melakukan itu (peselingkuhan) padaku, itu akan menjadi akhir (perceraian)".
Tetapi nyatanya teori tak sesederhana itu, emosi memiliki peran penting dalam pengendalian perceraian akibat perselingkuhan.
Banyak alasan yang coba dipertahankan perempuan, salah satunya karena anak-anak yang sudah mereka rawat bersama.
"Anda tidak bisa begitu saja mematikan tombol cinta untuk seseorang seolah mematikan sebuah tombol. Kebanyakan orang berjuang untuk melepaskan diri dan butuh waktu lebih lama untuk melakukan itu daripada yang mereka harapkan," tulis Julia Cole, penulis buku tersebut.
Pada akhirnya, penelitian yang dilakukan Cole membuktikan bahwa hanya ada 50 persen dari pernikahan akan bertahan.
Dan masih banyak lagi teori serta fakta mengenai hubungan perselingkuhan dengan usia pernikahan bisa bertahan.
Source | : | Kompas.com,nakita,psychology today |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR