Melihat fenomena itu, staf Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Nur Asia Utami yang dikonfirmasi, Rabu (2/1/2019) pagi mengungkapkan, peristiwa munculnya awan gelombang tsunami dikenal sebagal cell awan kumulonimbus yang cukup besar.
Awan kumulonimbus ini mengakibatkan hujan lebat yang disertai dengan petir dan kilat serta angin kencang.
Baca Juga : Kenal Bule di Facebook, Wanita Ini Kena Tipu Hingga Rp800 Juta, Begini Modusnya Penipuannya!
“Peristiwa tersebut dikenal sebagai cell awan kumulonimbus yang cukup besar, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat/petir dan angin kencang. Untuk periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya bisa 1-2 jam,” katanya dilansir dari Kompas.com.
Selain itu, awan hitam seperti itu juga berbahaya bagi penerbangan.
Baca Juga : Usus Pria Tua Ini Membusuk Hanya Karena Makan Semangka, Kok Bisa?
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
Source | : | Kompas.com,Instagram,Tribun kaltim |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR