Nakita.id - Perang itu kejam, menghancurkan, membunuh, menghilangkan nyawa, dan merusak semua sendi kehidupan.
Begitulah kenyataan yang dialami Suriah beberapa tahun belakangan ini.
Kekurangan pasokan makanan terus dialami olah warga sipil yang terkepung perang.
Sebuah foto viral sempat menghebohkan lantaran seorang bayi meninggal karena malnutrisi atau kekurangan gizi.
Bayi tersebut meninggal di pinggiran kota Damaskus, Ibukota Suriah yang dikuasai oposisi.
Foto bayi malang itu dirilis pada Senin (23/10/2017) oleh kantor berita Perancis, AFP.
Saat difoto, bayi yang bernama Sahar Dofdaa itu masih daam kondisi hidup dengan berat badan hanya dua kilogram.
Baca juga: Begini Ciri-ciri Anak yang Kurang Gizi
Pada saat difoto, Sahar baru berusia satu bulan.
Terlihat ia sangat kurus sehingga tulang rusuknya menonjol di bawa kulit tipis yang menembus cahaya.
Bayi perempuan itu juga tampak bermata lebar yang cekung dan hanya tersisa kulit yang menempel di tulangnya.
Tubuh Sahar tampak menyedihkan karena tulang tulangnya menonjol dari sela sela popok yang menempel ditubuhnya.
Dia seperti mencoba menangis tapi seolah tak memiliki cukup tenaga untuk mengeluarkan suara.
Dalam beberapa foto tampak isang Ibu terisak-isak di dekatnya.
Sahar akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada hari Minggu (23/10/2017) di Ghouta Timur Suriah.
Baca juga: Kurang Gizi Bikin Perilaku Anak Jadi Buruk
Yahya Abu Yahya, Dokter dan Kepala Dinas Medis, LSM Sosial Irlandia, mengungkapkan di beberapa pusat kesehatan di Ghouta, ada sedikitnya 9.700 anak-anak dalam beberapa bulan terakhir yang mengalami kekurangan gizi.
Ia juga mengatakan bahwa banyak anak di Ghouta Timur menderita kekurangan gizi, masalah penglihatan, depresi, masalah psikologis.
Baca juga: Awas! Ini Dampak Gizi Buruk Saat Hamil
Asupan gizi dasar seperti gula, protein dan vitamin tidak didapatkan oleh anak-anak di tengah peperangan.
Sayangnya bantuan selama pernag tersebut hanya mampu memenuhi 5% sampai 10% kebutuhan gizi anak-anak.
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR