Tabloid-Nakita.com - Ternyata ada keterkaitan antara tinggi tubuh dan kecerdasan seorang anak. Hormon pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik, psikologis, dan pola makan. Di luar faktor genetik, yang menyebabkan anak tinggi cenderung lebih pintar adalah faktor nutrisi (pola makan) dan stimulasi (pola asuh).
Agar target ini tercapai, kebutuhan gizi anak, terutama pada usia lima tahun ke bawah haruslah terpenuhi dengan baik. Sayangnya, tak semua orangtua menyadari hal ini. Seringkali, pemenuhan gizi pada periode golden age tidak tercukupi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan anak selanjutnya akan sangat lambat, demikian menurut Atmarita, MPH, PhD, dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Bahkan pembentukan otak takkan optimal. Dengan kata lain, selain anak jadi bertumbuh pendek atau di bawah rata-rata, juga kemampuan kognitifnya tidak sesuai yang diharapkan.
Atmarita juga menyebutkan, usia tiga tahun merupakan usia kritis bagi perkembangan otak seorang anak. Bila yang terjadi adalah gizi yang buruk pada saat itu, dapat menyebabkan gangguan pada sejumlah fungsi otak sehingga mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan. Di antaranya, anak berisiko menjadi agresif dan hiperaktif di kemudian hari.
Anak-anak yang kurang gizi cenderung bertingkah laku buruk kelak di sekolah, berkelahi, melanggar peraturan sekolah dan masalah perilaku lainnya saat mereka bertumbuh dewasa. Mereka umumnya mempunyai tingkat kecerdasan (IQ) yang lebih rendah, yang merupakan tanda adanya defisit atau kekurangan dari neuro-kognitif otak akibat malnutrisi dan mungkin ini menjadi penyebab masalah perilaku tersebut.
Jadi, tantangannya adalah bagaimana Mama Papa tak hanya memerhatikan aspek pertumbuhan, tapi juga perkembangannya. Seperti kita tahu, untuk mencapai generasi yang berkualitas di masa depan, pertumbuhan dan perkembangan harus sama-sama optimal. Contoh ada kecenderungan anak berusia 3-5 tahun jarang dibawa ke dokter untuk dilakukan pemantauan tumbuh-kembangnya. Anak hanya dibawa ke dokter bila mengalami sakit.
Anak yang dibawa ke posyandu pun biasanya berusia bayi sampai 3 tahun. Padahal, tumbuh-kembang anak harus terus dipantau sampai usia 5 tahun. Upaya pemantauan tak hanya melihat pertambahan berat badan dan tinggi badan, namun juga lingkar kepala. Dengan kata lain, anak tak cukup berbadan tinggi saja, tapi juga perlu memiliki tingkat kecerdasan yang baik pula.
Narasumber: Atmarita, MPH, Ph.D., dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan
(Hilman Hilmansyah)
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR