Nakita.id - Walau rak sudah penuh dengan buku, mainan yang tak terhitung jumlahnya hingga gadget hiburan yang tersedia, anak masih saja merengek bahwa ia bosan.
Louise Favaro, head of Student Services di Chatsworth International School menuturkan, "Ketika seorang anak mengekspresikan kebosanan pada orangtua, hal itu dipandang sebagai masalah yang perlu diperbaiki. Karena orangtua sering jatuh ke dalam perangkap untuk mencoba memenuhi kebutuhan setiap anak mereka, jadi ketika sampai pada kebosanan, respons mereka adalah dengan melompat masuk dan mencoba menyelamatkan anak dari kebosanan," tambahnya.
Dengan kata lain, orang tua merasa bertanggung jawab saat anak mereka bosan, dan mereka cenderung merespons dengan memberi anak kegiatan yang lebih terstruktur. Tapi, penelitian menunjukkan bahwa hal ini sebenarnya kontraproduktif.
Baca juga : Ternyata, Merasa Bosan itu Baik untuk Anak
Anak-anak membutuhkan waktu bosan agar berhenti sejenak untuk memahami apa yang telah mereka pelajari dan alami. Ketika anak-anak dihadapkan pada kebosanan, mereka memiliki dorongan untuk menjadi kreatif dan mandiri.
Waktu yang tidak terstruktur memungkinkan anak-anak memiliki kesempatan untuk terlibat dan mencari tahu bagaimana menggunakan waktu senggang mereka atau mereka tidak akan pernah belajar mengelolanya.
Kuncinya adalah pendekatan seimbang dalam memerangi kebosanan, menuruut Dr Lim Boon Leng, seorang psikiater di Gleneagles Medical Center.
"Jika Ibu memberikan struktur dan aktivitas yang berlebihan untuk anak setiap menitnya, ia akan kehilangan kesempatan untuk menjelajahi dunia dalam dan luar dirinya sendiri."
Baca juga : Tak Apa Membiarkan Anak Merasa Bosan Sesekali
"Memiliki waktu bosan atau tidak terstruktur memberi anak waktu untuk memikirkan perasaannya sendiri dan untuk lebih memahami dirinya sendiri. Jika Ibu menahan diri untuk tidak bereaksi saat anak bosan, ia tidak hanya akan belajar menjelajahi dunia batinnya, tapi juga mulai menjelajahi dunia luar."
Anak akan lebih peka dengan lingkungan sekitarnya dan akan mengandalkan kreativitas dan imajinasinya sendiri untuk bermain, seperti menggunakan penggaris sebagai pedang dan menumpuk buku untuk membentuk menara, " tambahnya.
"Cara terbaik untuk membantu anak yang bosan adalah tidak melakukan apa-apa!" kata Dr Lim.
"Toleransi bosan adalah keterampilan penting bagi anak. Jika Ibu mulai resah saat anak bosan, ini hanya akan memperkuat keluhan mereka. Jangan bereaksi berlebihan. Dengan cara ini, anak akan belajar bahwa kebosanan adalah sesuatu yang bisa mereka pelajari untuk diatasi. "
Untuk merangsang imajinasi dan mengembangkan kreativitas, anak-anak membutuhkan waktu luang untuk bermain dan mengamati dunia di sekitar mereka.
Anak-anak saat ini tidak mendapatkan banyak kesempatan untuk menghibur diri mereka sendiri, seringkali karena mereka memiliki terlalu banyak waktu layar.
Menghabiskan terlalu banyak waktu di komputer, tablet atau TV tidak membantu anak belajar menghindari kebosanan.
Baca juga : Anak yang Terlalu Cepat Sekolah Lebih Sering Bosan Belajar
"Jika Ibu selalu memberi mereka alat (gadget) untuk mengatasi kebosanan, itulah yang selalu mereka butuhkan. Tapi orangtua bisa membatasi hal ini. "
Ketika orangtua pertama kali mulai membatasi waktu layar, biasanya anak-anak merasa tidak ada kehausan, dan mereka bahkan bisa bereaksi dengan kemarahan, kata Louise.
"Katakan kepada mereka bahwa Ibu mengerti jika mereka tidak bahagia, tapi jangan menyerah.”
Bila Ibu meminta mereka untuk melakukan sesuatu yang tidak melibatkan layar, Ibu mungkin perlu melakukannya terlebih dahulu sebagai contoh perilaku anak. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR