Nakita.id - Kehamilan adalah momen membahagiakan bagi siapa pun yang ingin memiliki momongan.
Namun, kehamilan bisa mengalami masalah jika Ibu mengalami infertilitas.
Infertilitas adalah masalah serius bagi kebanyakan orang.
Meski banyak wanita ingin segera memiliki momongan atau anak dan selalu melakukan yang terbaik untuk memilikinya, namun tidak sedikit pasangan yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba hamil.
Shannon Reed, wanita ini harus kehilangan lima kali kehamilannya dalam enam tahun.
Kondisi tersebut menyebabkan hancurnya hubungan dirinya dengan sang suami juga dirinya harus berhenti bekerja dan berjuang mengatasi kondisi misterius di balik keguguran yang ia alami berkali-kali tersebut.
Baca juga : Normalkah, Jika Ibu Malas Melakukan Hubungan Seks Usai Melahirkan?
Shannon Reed menderita Sticky Blood Syndrome.
Setelah beberapa kali melakukan pemeriksaan, akhirnya Shannon bisa mengetahui kondisi yang dideritanya dan telah diberi harapan baru untuk menjadi seorang Ibu.
Petenis berusia 23 tahun ini putus asa saat empat kehamilan pertamanya berakhir di usia kehamilan kurang dari enam minggu.
Lalu di awal tahun ini dirinya hamil kembali, namun sayang Shannon harus bisa merelakan kandungannya di usia 12 minggu.
"Saya tidak bisa berkata apa-apa, sangat membuat saya bahagia dan gugup karena belum pernah usia kehamilan saya lewat dari enam minggu" ujar Shannon.
"Pada bulan Juli saya melakukan scan pertama dan saya tidak berdaya melihat bayi yang ada di kandungan saya, sangat membuat saya terharu dan senang."
"Setiap siang dan malam saya selalu berbicara kepada calon bayi, begitu bahagianya menjadi seorang Ibu."
Baca juga : Waspada, Masalah Batu Empedu yang Terjadi Saat Kehamilan
Namun, harapan Shannon harus berakhir, Shannon mengalami perdarahan hebat dan dirawat di Newcastle's Royal Victoria Infirmary, dimana dirinya secara tragis kehilangan bayinya untuk yang kelima kali.
Putus asa, adalah hal yang dirasakan oleh wanita muda yang satu ini, tidak tahu apa yang menyebabkan dirinya selalu mengalami keguguran, sampai pada akhirnya Shannon melakukan sebuah pemeriksaan di rumah sakit, dan mendapatkan dirinya menderita "sindrom darah kental."
Sindrom antifosfolipid (APS) adalah kondisi yang terjadi selama kehamilan, menyebabkan penggumpalan darah di tali pusar dan menyebabkan risiko keguguran.
APS sendiri tidak menunjukan gejala yang spesifik.
Pada Ibu hamil, gejalanya mirip dengan yang biasa dialami Ibu hamil, seperti cepat lelah, mengantuk, sering pusing, dan sulit konsentrasi.
Gejala-gejala tersebut akan terus berulang sepanjang kehamilan.
Ibu dengan sindrom APS ini selain harus rutin melakuan pemeriksaan pada ahli kebidanan atau kandungan, Ibu juga perlu memeriksakan diri secara teratur ke dokter ahli penyakit dalam untuk memantau kondisi darah.
Baca juga : Berat Badan Tidak Naik Saat Hamil? Tenang, Lakukan ini Bu
Ibu akan dirujuk ke dokter ahli lain semisal jantung bila ada gangguan jantung atau jika ada keluhan mata dirujuk ke ahli mata untuk meminimalkan risiko kebutaan.
Dari pemeriksaan laboratorium internis akan diketahui kadar kekentalan darah, sekaligus ditentukan terapi pengobatannya.
Bila kadarnya masih dalam batas 'aman', pengobatan cukup berupa tablet sejenis aspirin.
Pada pemeriksaan berikutnya, internis akan menilai respons pengobatan berdasar hasil laboratorium terbaru.
Bila kekentalan darahnya tetap atau bahkan meningkat, pemberian obat akan dibarengi suntikan heparin atau fraksiparin yang harus dilakukan setiap hari.
Ibu hamil dihimbau untuk berani melakuannya sendiri atau setidaknya dilakukan oleh suami, agar tak terlalu tergantung pada dokter.
Suntikan ini relatif aman karena terbukti tak menembus barrier plasenta, hingga tak ada kemungkinan terserap janin ataupun mengganggu pertumbuhannya.
Selai itu, Ibu hamil dianjurkan mengonsumsi makanan yang tidak mengandung pengawet dan penyedap, guna meminimalkan benda-benda asing yang masuk ke tubuh.
Perbanyaklah minum air putih (minimal 2 liter sehari), tidur minimal 8 jam sehari, cukup istirahat, dan menurunkan tingkat stress.
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR