Seperti melabel anak "Membosankan", atau "Menyebalkan".
Anak tentu akan berpikir ke arah serius ketika orangtuanya mengulangi label tersebut.
Sehingga saat ia dihadapkan dengan banyak orang, ia merasa bahwa dirinya seperti label dari orangtua dan ia memilih untuk menutup diri agar orang lain tak melihat sifat yang ternyata berasal dari label tak akurat orangtuanya.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Begini Cara Membangun Rasa Percaya Diri Anak Terkena Labelling
Atau bahkan, anak cenderung emosi dan akan selalu berperilaku seperti yang dilabelkan orangtua.
Karena bagaimanapun, label mampu membentuk karakter anak.
5. Anak keliru bahwa label adalah bawaan dan tidak boleh diubah
Ketika anak sedang mencari kemampuan dan juga jati dirinya.
Akan tetapi, anak akan merasa tak bisa mencapai keinginannya ketika ia merasa bahwa sudah diberi label pada orangtuanya sejak kecil.
Ketika orangtua kerap melabel negatif pada anak, tak jarang ia akan berpikir, "Saya tidak yakin bisa melakukannya", atau lain sebagainya.
Karenanya, anak akan merasa tak memiliki bakat terpendam dari dirinya yang bisa digali dan tidak melakukan eksplorasi diri.
Dari berbagai alasan tersebut, anak merasa bahwa label merupakan identitas dirinya yang diberikan pada orangtua.
Sehingga mulai saat ini Moms harus membiasakan untuk STOP LABELLING pada Si Kecil ya!
Source | : | sleepingshouldbeeasy.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR