Nakita.id - Apa yang Moms lakukan ketika melihat teman Moms membawa bayinya yang gemuk dan sedang lucu-lucunya?
Mungkin Moms akan langsung mencubit pipinya, atau bahkan menciumnya.
Habis, siapa yang tahan melihat pipinya yang tembem seperti bakpao?
Mencubit pipi bayi umumnya merupakan wujud sikap gemas orang dewasa.
Namun meski dilakukan sebagai ekspresi sayang, kebiasaan mencubit pipi bayi dapat membuat si kecil merasa tak nyaman.
Baca Juga : Meskipun Gemas Jangan Mencubit Pipi Bayi, Ini Dampaknya Bagi Bayi
Apalagi jika yang melakukan adalah orang yang tak dikenal.
Respons anak pun berbeda-beda. Ada yang tertawa "terpaksa" akibat kegelian, ada juga yang melengos tanpa basa-basi.
Anak yang dikelitiki tanpa berhenti, meski tertawa-tawa, bisa saja mengalami kesulitan menarik nafas.
Jika orang dewasa kerap mencium, memeluk, menggelitiki, atau mencubit pipi bayi, wajar saja kalau si kecil jadi menyimpulkan bahwa ciuman atau pelukan tidak lagi menjadi hal yang menyenangkan.
Baca Juga : Cegah Risiko Diabetes, Turunkan Gula Darah dengan 4 Makanan Ini
Hal itu dianggap bukan wujud rasa sayang, dan tidak memberikan rasa aman. Padahal, orang yang melakukan itu tak bermaksud menyakiti.
Belajar dari pengalaman buruk tersebut, terang saja jika si kecil jadi enggan dicium dan dipeluk oleh kedua orangtuanya.
Membuatnya kembali percaya bahwa pelukan dan ciuman merupakan ekspresi kasih sayang bisa makan waktu lama jika anak terlanjur trauma.
Jadi takut
Trauma akibat "disakiti" membuat anak ketakutan, apalagi jika bertemu kembali dengan orang yang menyakitinya.
Boleh jadi, ketika bertemu kembali, ia menunjukkan reaksi tegang dengan memegang erat ibu atau ayahnya, menyembunyikan wajah, tampak gelisah, bahkan akhirnya menangis.
Ekspresi itu menunjukkan ia merasa tidak aman dan nyaman.
Baca Juga : Aneh! Perempuan Ini Bisa Mendengarkan Apa pun Tapi Tak Bisa Dengar Suara Laki-laki, Ini Penjelasan Medisnya
Terhadap orang asing yang mencoba bersikap akrab, tentunya ia akan jaga jarak dulu dan bersiap-siap kalau-kalau ia diperlakukan sama seperti pengalaman sebelumnya.
Padahal, orang tersebut mungkin tidak berniat untuk mencubit pipi si bayi, menggelitiki, memeluk, atau menciumnya, tetapi hanya ingin tahu nama dan menyapa, misalnya.
Faktor emosi si batita pun bisa menjadi tidak stabil karena suasana nyaman yang awalnya terbangun, terpecahkan oleh "perilaku" orang lain yang secara tak sadar justru membuatnya tak nyaman.
Ujung-ujungnya hal ini bisa mengganggu kemauannya untuk bereksplorasi, berinteraksi sosial, bermain, mengembangkan kreativitas, dan sebagainya.
Pada tahap selanjutnya ia menjadi kurang percaya diri, tidak percaya pada lingkungan, mood-nya sering berubah menjadi negatif karena muncul rasa benci, kesal, marah, akibat diperlakukan tidak menyenangkan.
Baca Juga : Potret Gemas Anak Chelsea Olivia Rayakan Ulang Tahun ke-2, Wajahnya Dilukis Seperti Kucing!
Nah, masalah lainnya, orangtua terkadang seolah mendukung apa yang dilakukan orang lain tersebut terhadap diri si kecil.
Sebab, rasanya bangga bukan, bila anak dianggap lucu dan menggemaskan oleh orang lain. Padahal sebenarnya anak justru ingin berlindung pada orangtua.
Ternyata mencubit pipi bayi tak selamanya menyenangkan bagi si kecil.
Coba amati lebih dalam ekspresinya ya, Moms.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Nina Kurniyati |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR