Nakita.id - Beberapa dari kita secara tidak sadar maupun sadar ketika melihat perilaku anak diberi label.
Ketika kita melihat anak mengompol, kita memberikan labelling "tukang ngompol".
Atau kita memberikan label "ceroboh" saat anak tidak sengaja menjatuhkan piring.
Menurut Gisella Tani Pratiwi, M. Psi., seorang psikolog anak di Yayasan Pulih mengatakan labelling adalah bagaimana kita memberikan cap negatif terhadap seseorang, dalam hal ini anak dan kita mengasosiasikan langsung suatu cap yang negatif terhadap kepribadian si anak.
Ketika labelling diberikan kepada anak, apalagi labelnya negatif akan berpengaruh terhadap konsep diri anak.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Memberi Sugesti Bisa Hapuskan Trauma Labelling, Lakukan di Waktu yang Tepat Moms!
"Konsep diri ini adalah hal yang cukup mendasar bagi tumbuh kembang kepribadian diri seorang anak. Karena menjadi salah satu dasar yang kemudian anak berperilaku atau melakukan pola-pola perilaku tertentu," jelas Ella.
Di kala anak sudah mulai membangun konsep diri, Si Kecil yang mengalami labelling akan merasa dirinya kurang berharga dan negatif.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Dinilai Merugikan Si Kecil, Ini Cara Orangtua Menghindari Memberi Label Bagi Anak
"Anak merasa dirinya negatif dan tentu akan mempengaruhi mungkin misalnya bagaimana dia memandang dirinya. 'Oh ya aku tidak mampu melakukan sesuatu karena kan aku anak bandel'. Atau 'oh aku disuruh ini karena aku anak bandel, aku menolak aja'. Jadi itu akan mempengaruhi bagaimana dia memilih perilaku sehari-hari," kata Ella.
Apakah labelling membuat anak trauma?
Menurut Ella, trauma adalah kejadian yang membuat seseorang berada dalam bahaya baik secara fisik maupun secara psikologis.
"Trauma psikologis memang bisa terjadi dari kejadian-kejadian yang menyakitkan pada diri si anak baik sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba maupun sesuatu yang terjadi secara berpola atau terus menerus berulang," jelas Ella.
Terkait hubungan labelling dengan membuat anak trauma menurut Ella jika komentar-komentar secara negatif tersebut terjadi terus menerus dalam proses pengasuhan kepada Si Kecil, tentu akan mengakibatkan semacam kondisi tertentu.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Label Merusak Identitas Anak, Ini 3 Bahayanya!
"Misalnya anak menjadi menghindar terlebih komentar-komentar negatif tersebut membuat anak tidak nyaman bahkan sakit hati dan lebih parahnya anak merasa tidak berharga karena selalu diberi komentar negatif sehingga muncul dalam konsep dirinya.
Apakah itu kemudian anak menjadi trauma atau tidak perlu melihat lebih jauh. Kita perlu ada pemeriksaan yang lebih mendetil dengan ahlinya," jelas wanita yang juga bekerja di RSIA Bunda Aliyah, Depok.
Baca Juga : #LovingNotLabelling Tak Selalu Berlebihan, Ini Cara Memuji yang Benar Agar Bangkitkan Potensi Anak
Kesimpulannya, Moms dapat menghindari labelling pada anak.
Ella menyarankan dalam menyampaikan labelling sebaiknya memberikan deskripsi yang kita anggap masih kurang tepat.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR