Nakita.id - Nola B3 dan Baldy Mulya sempat menghadapi bahwa anak keduanya tak suka makan sayur namun tak pernah melakukan labelling.
Moms dan Dads pun pernah sengaja atau pun tidak sengaja memberikan labelling pada anak karena terlalu kesal.
Namun memberikan labelling kepada anak malah membuat konsep diri mereka negatif.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Anak yang Emosinya Meledak-ledak Salah Satu Dampak Trauma Labelling
Nola B3 dan Baldy Mulya pun juga setuju bahwa labelling adalah hal yang negatif.
"Kita tidak mau melabelling," jawab Baldy.
"Karena semua anak itu masih berkembang. Anak-anak itu berkembang bisa berubah kira-kira umur sekian dia berubah.
Kadang ada masanya Bevan benar-benar tidak mau makan, tapi kita tidak bisa push namun kita yang harus cari cara.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Anak Rentan Terkena Trauma Karena Labelling?
'Kamu sukanya apa? Kentang? Lebih senang digoreng.
Jadi diakalin apa dimatch atau nanti bisa dipotong kecil-kecil goreng di rumah lebih enak.
Jadi emang kadang-kadang gimana ya itulah orangtua itu harus tetap belajar," jelas Nola.
Nola mengatakan mengatasi labelling terjadi saat anak tidak suka makan sayur dengan menanyakan anak mau makan apa.
"Yaudah kalau kamu maunya itu, kira-kira boleh tidak kamu makan itu? Karena pentingnya (makan sayur) adalah untuk kamu juga bukan buat mama.
Jadi balikan ke dia, 'kalau abang mau sehat abang gini tapi kalau abang mau sakit, sorry aku sudah kasih tahu kamu'," jelas Nola.
Nola menambahkan bahwa dari sini anak belajar tanggung jawab dan orang tua yang kerap berulangkali memberitahu anaknya dengan maksud yang baik.
Kemudian bagaimana kalau kita sudah terlanjur memberikan labelling kepada anak?
Nola mengatakan bahwa semua orangtua apalagi millenial Moms dan Dads harus terus belajar.
"Pesannya kepada semua orangtua apalagi kita mama muda istilahnya papa muda, kita harus terus belajar.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Sering Dilakukan Tanpa Sengaja, Labelling Bisa Rusak Hubungan Ibu dan Anak
Gimana kita itu bisa, aku tidak bilang aku jago, karena semakin besar anak aku semakin banyak pelajaran-pelajaran yang harus aku pelajari buat diriku sendiri dan Baldy," jelas Nola.
Nola mengatakan masing-masing anak memiliki kebutuhan dan pendekatan yang berbeda.
Menurut Nola salah satu kasusnya yaitu melabel anak, buatnya merupakan sesuatu yang tidak baik.
"Jadi gimana caranya supaya kebiasaan yang 'ah kamu itu gini-gini' ibaratnya sesuatu hal yang negatif kita omongin terus ke mereka jadi doa. Kadang-kadang kita masih suka lupa sih ya," terang Nola.
"Saya suka mengingatkan teman-teman dan orangtua lain, ucapan kalian itu doa.
Jadi omongan labelling misalnya gini 'ah kamu kan suka malas mandi' dia itu lupa kata-kata 'malas' itu jadi doa," jelas Baldy.
Nola menambahkan bahwa labelling yang diberikan tersebut membuat ingat dan menancap pada anak.
"Dia mencoba mengirimkan gelombang negatif ke anaknya dan gelombang itu menempel loh ke anaknya dan ketika besar terbawa ‘emang gue malas mandi’ ‘emang gue dibilang mama gue pemalas’, ‘dibilang sama mama gue ga bisa’," jelas Baldy.
Menurut Nola agar labelling tak terjadi kembali lagi pada orang tua yang harus mau banyak belajar.
"Belajar untuk bagaimana caranya berkomunikasi yang baik.
Baca Juga : Usia Eryck Amaral 8 Tahun Lebih Muda, Ternyata Suami Aura Kasih Duda yang Sudah Punya Anak
Belajar bagaimana caranya bisa menyampaikan hal-hal yang baik dan belajar juga gimana caranya itu anak-anak ini akhirnya tumbuh positif," jelas Nola.
Baldy juga menambahkan bahwa orangtua harus memberikan aura positif kepada anak.
"Jadi sebelum anaknya disuruh belajar, orangtuanya dulu," tutup Nola.
Bagi Nola B3 dan Baldy Mulya sebuah ucapan adalah doa bagi anak, maka mereka sebisa mungkin menghindari labelling.
Salah satu caranya dengan mau belajar untuk anak yaitu menerapkan cara komunikasi yang baik dan memberikan aura positif kepada anak.
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR