Nakita.id - Rabu (6/3/2018) seorang wanita bernama Ferolin Sister Djorebe (36) ditemukan meninggal dunia di kamar mandi sebuah indekos.
Ferolin ditemukan pada pukul 14.30 Wita oleh anaknya sendiri.
Anak korban baru saja pulang sekolah, lalu menggedor pintu karena tak dibukakan. Anaknya curiga karena sang ibu tak menyahut.
Ia memanjat jendela dan masuk ke dalam rumah. Alangkah kagetnya dia ketika melihat ibunya sudah terbujur kaku dalam kamar mandi dalam posisi duduk dan mengeluarkan busa dari mulut.
Baca Juga : I Am an ActiFE Mom, In Control, and Protected
Anak ini langsung meminta tolong, kemudian tetangga datang ke lokasi.
Ferolin merupakan penghuni indekos di Perum Waleksia, Kelurahan Manembo-nemno Tengah, Kota Bitung, bersama sang suami.
Awalnya, Ferolin diduga tewas bunuh diri dengan meminum sampo yang ada di kamar mandi, sampai akhirnya terungkap fakta mengejutkan.
Melansir dari Tribun Manado, polisi justru menemukan kejanggalan di balik penemuan mayat Ferolin.
Setelah dilakukan penyidikan, terungkap bahwa Ferolin tidak bunuh diri, melainkan dibunuh oleh sang suami bernama Marlon.
Karena ulahnya, Marlon kini ditetapkan sebagai tersangka.
Menurut kronologi yang disampaikan, insiden tersebut berawal lantaran Marlon geram dengan masalah keluarganya yang tak kunjung usai.
Bahkan, sang istri menambah masalah dengan meminta cerai pada Marlon karena sudah tak mau lagi hidup bersama.
Baca Juga : Pamitnya Melayat, Wanita Ini Malah Meninggal Dunia Saat Berhubungan Intim dengan Selingkuhannya
Dari permintaan cerai itulah, akhirnya Marlon naik pitam dan tega menghabisi nyawa istrinya, Ferolin.
Setelah puas menghabisi nyawa Ferolin, Marlon lantas menyadari bahwa istrinya sudah tak lagi berdaya.
Di saat seperti itulah, Marlon lantas memindahkan tubuh Ferolin ke kamar mandi, lantas memasukkan cairan sampo ke mulut Ferolin.
Hal tersebut dilakukan Marlon untuk mengelabuhi orang lain dan agar Ferolin terlihat seperti bunuh diri.
Sebagai pelengkapnya, Marlon juga memosisikan istrinya dengan kondisi terduduk dan tangannya memegang botol pewangi ruangan.
Melansir dari Tribunnews.com, Kapolsek Matuari Kompol Ferry Manoppo mengatakan menangkap Marlon setelah mendapat keterangan dari saksi dan mendapat lebih dari dua alat bukti.
Marlon ditangkap di tempatnya bekerja oleh pihak kepolisian kemudian dibawa ke kantor polisi.
"Tim Tarsius Matuari menangkap tersangka Senin (1/4/2019) lalu di sebuah pabrik tempat ia bekerja. Tersangka telah kami tahan dan kasus ini tengah berproses untuk pelimpahan berkas ke kejaksaan," ujar Kapolsek.
Baca Juga : Dua Tersangka Pembunuhan Calon Pendeta Terbukti Tak Perkosa Korban, Ini Fakta di Balik Temuan Sperma
Pengakuan Tetangga
Berbeda jauh dengan sikap yang dilakukan Marlon pada istrinya, tetangga sekitar rumah Marlon mengatakan bahwa Marlon dan istrinya merupakan pribadi yang dikenal baik.
"Setahu saya mereka baik-baik saja. Kalau mereka cek-cok saya pikir itu pertengkaran keluarga biasa. Suaminya ini baik sekali," ujar Nona Galelabale, tetangga Ferolin dan Marlon.
Bahkan, menurut Nona Galelabale, Ferolin merupakan sosok wanita yang kuat, sehingga ia percaya tak mungkin bila Ferolin memilih mengakhiri hidupnya dengan cara tragis.
Dari kecurigaan tersebutlah akhirnya terungkap bahwa tersangka pembunuhan adalah suaminya sendiri.
Tetangga mengaku kaget dan tak percaya karena Ferolin dan Marlo dikenal sebagai pasangan yang baik.
Ferolin juga dikenal sebagai wanita yang ringan tangan dan suka membantu.
Baca Juga : Pembunuhan Calon Pendeta Cantik, Pelaku Tetap Bersikeras Meski Korban Beralasan Sedang Haid
"Saya dulu dikasi kerjaan di pabrik ikan. Dia sudah lama bilang-bilang mau pulang kampung (Tobelo), karena sudah lama tinggal di Bitung. Belum sempat balik, ternyata sudah meninggal," kenangnya.
Ferolin meninggalkan dua anak dari pernikahannya dengan Marlon.
"Anak mereka ada dua," ujar Nona.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | tribunnews,Tribun Manado |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR