Nakita.id - Apakah Moms pernah mendengar cacar monyet?
Ya, cacar monyet memang baru melanda Singapura beberapa hari yang lalu.
Jika tak segera ditangani, cacar monyet ini bisa merebak ke Batam.
Baca Juga : Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Melansir dari Tribun Batam, Kementerian Kesehatan Singapura, Minggu (12/05/2019), telah mengonfirmasi ditemukannya satu orang pria yang terjangkit cacar monyet.
Hingga saat ini Pemerintah Singapura masih memburu orang-orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan pria tersebut.
Sedikitnya ada 23 orang yang di karantina untuk mengetahui apakah mereka juga terpapar virus cacar monyet atau tidak.
Baca Juga : Awalnya Mengira Sakit Perut, Bocah 8 Tahun Ternyata Mengandung Seorang Anak Dalam Perutnya
Menurut WHO, Monkeypox virus (MPXV) adalah ortopoxvirus yang menyebabkan penyakit virus yang terlihat pada pasien cacar.
Cacar dinyatakan diberantas pada tahun 1980, sedangkan monkeypox adalah endemik di desa-desa Afrika Tengah dan Barat.
Penyakit ini sering ditemukan di dekat hutan hujan tropis di mana sering terjadi kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Berikut perbedaan cacar monyet dengan cacar pada umumnya:
Penularan
Cacar monyet dapat menular jika kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa pada hewan yang terinfeksi.
Kebanyakan manusia di Afrika terkena infeksi cacar monyet dari kera yang terinfeksi, tikus dan tupai raksasa Gambia.
Makan daging hewan terinfeksi yang tidak dimasak dengan benar adalah faktor risiko yang memungkinkan juga.
Penularan sekunder, atau dari manusia ke manusia, dapat terjadi akibat kontak dekat dengan sekresi saluran pernapasan yang terinfeksi, lesi kulit dari orang yang terinfeksi atau benda yang baru-baru ini terkontaminasi oleh cairan pasien.
Baca Juga : Hindari Kulit Jadi Kering Saat Puasa, Ini Hal Yang Harus Dilakukan
Tanda dan gejala
Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) dari cacar monyet biasanya dari 6 hingga 16 hari tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.
Infeksi dapat dibagi menjadi dua periode:
1. Periode invasi (0-5 hari) ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, mialgia (nyeri otot) dan asthenia yang intens (kekurangan energi).
2. Periode erupsi kulit (dalam 1-3 hari setelah munculnya demam) di mana berbagai tahap ruam muncul sering dimulai pada wajah dan kemudian menyebar di tempat lain di tubuh.
Wajah (dalam 95% kasus), dan telapak tangan dan telapak kaki (dalam 75% kasus) paling terpengaruh.
Evolusi ruam dari maculopapules (lesi dengan basis datar) ke vesikel (lepuh berisi cairan kecil), pustula, diikuti oleh kerak terjadi dalam waktu sekitar 10 hari.
Penyembuhan kulit mungkin bisa selama tiga minggu.
Jumlah lesi bervariasi dari beberapa hingga beberapa ribu, mempengaruhi membran mukosa mulut (pada 70% kasus), genitalia (30%), dan konjungtiva (kelopak mata) (20%), serta kornea (bola mata).
Beberapa pasien mengalami limfadenopati parah (pembengkakan kelenjar getah bening) sebelum munculnya ruam, yang merupakan ciri khas dari cacar monyet dibandingkan dengan cacar pada umumnya.
Kasus yang parah terjadi lebih sering pada anak-anak karena terpapar virus, status kesehatan anak itu sendiri, dan tingkat keparahan komplikasi.
Orang-orang yang tinggal di atau dekat daerah hutan mungkin memiliki paparan tidak langsung atau mungkin mengarah pada infeksi subklinis (tanpa gejala).
Kasus kematian bervariasi secara luas di antara epidemi tetapi kurang dari 10% dalam peristiwa yang terdokumentasi, sebagian besar di antara anak-anak.
Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit cacar monyet.
Baca Juga : Tanpa Melabel, Ini Rahasia Pola Asuh Orang Tua Agar Anak Tumbuh Cerdas #LovingNotLabelling
Pengobatan dan vaksin
Tidak ada perawatan khusus atau vaksin yang tersedia untuk infeksi cacar monyet, tetapi wabah dapat dikendalikan.
Vaksinasi terhadap cacar telah terbukti 85% efektif dalam mencegah cacar monyet.
Jadi perbedaan cacar monyet dengan cacar pada umumnya adalah ditularkan oleh hewan yang terinfeksi, gejala terbagi menjadi dua periode, dan belum ada vaksin yang dapat menyembuhkannya.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | WHO,Tribun Batam |
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR