Nakita.id- Kapan terakhir kali Moms tak sengaja melabeli Si Kecil?
Tanpa sadar, terlebih saat kita dikuasai emosi, mungkin kita pernah melabeli anak dengan julukan-julukan tertentu.
Labelling diketahui memiliki dampak buruk pada pertumbuhan Si Kecil, walau mungkin julukan itu dimaksudkan sebagai pujian atau ingin memperingatkan.
Baca Juga : Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Misalnya menyebut anak 'gendut' karena khawatir Si Kecil mengalami kegemukan dan menganjurkannya untuk diet.
Atau saat Moms menyebutnya 'anak pintar' ketika Si Kecil menjadi juara kelas.
Namun maksud baik itu tak tersampaikan sepenuhnya, jika Moms mengucapkannya dalam bentuk sebuah label.
Melansir Psychology Today, sebutan-sebutan tersebut bahkan sulit untuk dilupakan.
Bisa membekas pada benak dan mental Si Kecil bahkan ketika ia beranjak dewasa.
Baca Juga : Sempat Jadi Bahan Perbincangan Warganet, Intip Momen Putri Mayangsari Habiskan Waktu Berbuka Puasa
Mungkin kelihatan sepele dan Moms mengira anak akan melupakan sebutan yang diterimanya.
Namun bisa saja hingga ia dewasa, tampak efek negatif yang menandakan label tersebut masih tersisa dalam pikirannya.
Label fisik pada anak misalnya, bisa membentuk pikiran negatif Si Kecil pada tubuhnya sendiri.
Pada kasus tertentu, mungkin anak malah membenci tubuhnya sendiri karena label tersebut.
Atau ketika ia tumbuh dewasa, saat menghadapi kritik, karena terbiasa merasa sebagai 'anak pintar', ini bisa menjatuhkannya.
Moms tentunya tak ingin pertumbuhan Si Kecil terhambat karena labelling, bukan?
Berikut trik-trik yang bisa Moms terapkan untuk menjauhkan Si Kecil dari labelling, simak yuk, Moms.
1. Hati-hati mengomentari fisik
Komentar tentang tinggi, berat, maupun bentuk wajah bisa menyinggung perasaan.
Apalagi jika diterjemahkan sebagai sebuah kritik.
Baca Juga : Sempat Tinggal di Ruko Sederhana, Intip Rumah Mewah nan Megah Milik Anang Ashanty Setelah 7 Tahun Menikah
Bagi orang dewasa mungkin beberapa komentar ini hal sepele, tetapi anak-anak memiliki jalan pikiran berbeda.
Komentar yang menurut Moms biasa saja justru bisa diartikan Si Kecil sebagai sebuah kritik atau ejekan.
Akhirnya komentar tersebut malah menjadi label yang menghantui Si Kecil.
2. Perhatikan labelling tentang keluarga
Pernah mendengar sebutan kemiripan fisik dengan anggota keluarga lain?
Seperti rambut yang mirip ibu, hidung seperti kakek, dan sebagainya.
Komentar ini menurut Moms mungkin sederhana, tetapi Moms perlu hati-hati jika mengucapkannya pada Si Kecil.
Apalagi jika komentar ini menyangkut bagian tubuh atau perilaku yang mungkin tak bisa diubah oleh Si Kecil.
Baca Juga : Tasya Kamila Melahirkan Anak Pertama, Begini Girangnya Sang Mertua dan Adik Iparnya
3. Pujian pun bisa menjadi beban
Bagi sebagian orang, pujian terdengar menyenangkan.
Namun tak selalu, pujian atau label positif bisa menjadi beban bagi Si Kecil.
Ketika Moms menyebut Si Kecil 'cantik' atau 'pintar' di depan orang lain dan ia mendengarnya, mungkin akan timbul rasa terbebani.
Atau menyebut anak 'cantik' sementara anak lainnya 'pintar', ini juga dapat menimbulkan rasa tak puas pada Si Kecil.
Bisa saja ia merasa kurang pintar, walau telah dipuji cantik.
4. Bagikan pengalaman keluarga
Mungkin Si Kecil sadar jika ia memiliki bentuk tubuh tertentu yang diwariskan dari keluarga.
Bentuk hidung, mata, atau bagian fisik lainnya bisa jadi membuatnya merasa minder.
Baca Juga : Mana Popok Terbaik, Popok Sekali Pakai atau Popok Kain? Lihat Kelebihan dan Kekurangannya
Cobalah Moms mengajaknya mengobrol, perlihatkan foto keluarga besar.
Alih-alih membicarakan fisik, bagikan pengalaman keluarga besar meraih kesuksesan, kelebihan mereka, dan hal-hal positif lainnya.
Ajaklah Si Kecil menyadari ada banyak hal melebihi atribut fisik pada seseorang.
5. Berhenti memberi julukan
Ada banyak julukan yang biasanya diberikan pada anak-anak.
Mungkin terdengar lucu, tetapi jika Si Kecil kelihatan tak nyaman, segera hentikan.
Walau menurut orang-orang di sekitarnya lucu, jangan lanjutkan menyebut julukan tersebut.
Source | : | Psychology Today |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR