Nakita.id - Baru-baru ini seorang mahasiswi asal Bali menjadi sorotan karena telah menciptakan sebuah inovasi yang tak pernah terpikirkan banyak orang.
Inovasi tersebut adalah dengan membuat sebuah pembalut wanita tahan lama yang bahkan diklaim tahan sampai lima tahun!
Ketahanan pembalut wanita yang dirancang mencapai lima tahun lamanya, melebihi usia pembalut wanita kebanyakan yang hanya sekali pakai.
Inovasi tersebut awalnya berasal dari sosok mahasiswi STIKES Bali yang memiliki nama Kadek Windy Astuti.
Ide ini, menurut Windy, sebenarnya sudah ada yakni pemanfaatan kain untuk pembalut yang disebut reusable pads yang bisa digunakan lebih dari sekali.
Kebetulan ia ditunjuk untuk mewakili STIKES sebagai mahasiswa berprestasi dan diwajibkan untuk membuat karya tulis ilmiah.
Dilansir dari tribunbali.com, Windy diketahui mengembangkan reusable pads sehingga bisa digunakan sampai jangka waktu lima tahun.
"Sebenarnya ini bukan ide original saya. Idenya sudah ada yakni reusable pads atau membuat pembalut dengan kain, tapi penggunanya sangat jarang. Sehingga ide itu saya kembangkan lagi," kata Windy saat ditemui di Kampus STIKES Bali yang dilansir dari tribunbali.com.
Baca Juga : Viral Video Anak Kecil Tak Tertawakan Saat Teman Gagal, Teman Sejati!
Ia juga turut mengatakan, waktu penggunaan pembalut ini tergantung pada jenis kain yang digunakan.
"Yang lima tahun ini bahan dasarnya kain yang bisa dicuci kembali. Bedanya dengan yang di pasaran, kalau yang sekali pakai penyerapnya kertas yang didaur ulang di-bleaching dengan klorin baru dipakai penyerap dan agar tak tembus ditambahi plastik sehingga sulit terurai.
"Kalau pembalut kain, bahannya kain murni dan agar tidak tembus dilapisi kain waterproof di bagian bawahnya," kata mahasiswi semester VI Jurusan Ilmu Keperawatan ini.
Selesai digunakan, pembalut kain ini bisa dicuci lalu dijemur dan bisa dipakai kembali setelah kering. Ia pun menjamin bahwa pembalut yang dicuci kembali ini higienis.
"Kalau kain dari serat bambu ini berdasarkan penelitian di Jepang bakterinya minimal. Sehingga setelah dicuci dijemur di bawah sinar matahari dan bakterinya akan mati dengan sendirinya akibat sinar matahari," paparnya.
Pembalut ini menurutnya, sama dengan pakaian dalam pada umumnya dan bahkan bisa disetrika lho, Moms!
Windy mengatakan, lahirnya pembalut kain ini juga tak terlepas dari penggunaan kain sebagai pembalut yang dilakukan oleh masyarakat yang ekonominya rendah.
"Tapi kita sekarang masih berpikir jorok. Masak pembalut dicuci lagi, jijik, padahal ini tidak buruk," katanya.
Dengan karya ilmiahnya tentang pembalut kain yang dipakai selama lima tahun ini, Windy berhasil meraih juara dua Mawapres Kopertis Wilayah VIII yang meliputi Bali, NTB, dan NTT tahun 2019.
Selain itu, kini ia sedang mempersiapkan pembalut ini untuk diproduksi secara massal dengan membuat 100 pembalut yang akan dipasarkan terlebih dahulu di lingkungan kampus.
"Saya masih proses buat dan mudah-mudahan bulan depan sudah bisa dipasarkan," kata gadis kelahiran Singaraja, 3 September 1999 ini.
Untuk pembuatannya pun dilakukannya bersama keluarganya baik dari proses menjahit maupun mendesain.
Baca Juga : Viral Anak Kecil Tirukan Suara Animasi Cute Girl, Ternyata Ini Sosok Dibalik Cute Girl Sebenarnya
"Produksinya dilakukan di rumah, dibantu keluarga karena ada yang jadi tukang jahit dan membuat desain," katanya.
Bahan pembuatannya pun tak sulit, karena bisa ditemukan di toko kain. Tak hanya bisa digunakan selama lima tahun, pembalut ini juga ramah lingkungan.
"Ini ramah lingkungan banget. Kalau misal pembalut di pasaran yang sekali pakai kan pakai plastik polimer, susah terurai bahkan bisa puluhan hingga ribuan tahun. Kalau pembalut kain serat bambu ini mudah terurai," kata anak dari pasangan I Putu Artana dengan Ni Wayan Wenten ini sambil tersenyum.
Dengan hadirnya pembalut ini ia berharap kekhawatirannya terhadap limbah pembalut yang selama ini mencemari lingkungan perlahan bisa terkikis.
Dan ia memberikan gambaran bagaimana pencemaran itu terjadi akibat penggunaan pembalut sekali pakai yang menggunakan plastik polimer ini.
"Misalkan saja satu perempuan pakai 10-15 buah pembalut dalam sebulan, kalau ditotal dengan jumlah perempuan di Bali, khususnya, bagaimana jadinya? Belum lagi limbah pembalut ini dibuang sembarangan seperti ke sungai dan sampai ke laut," katanya.
"Makanya sekarang saya gunakan pembalut ini dan mulai meninggalkan pembalut sekali pakai yang dulu saya pakai. Intinya seperti menggunakan pakaian dalamlah," kata Windy.
Wah, sangat ramah lingkungan dan tentunya ramah dikantong kan, Moms!
Baca Juga : Ditolak Lion Air Mentah-Mentah, Jenazah Anak Kecil Bernama Akila Akhirnya Dibawa Batik Air
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Tribun Bali |
Penulis | : | Safira Dita |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR