Nakita.id – Meski tengah berpuasa, penyanyi Reza Artamevia memilih untuk tetap aktif bernyanyi.
Namun, tentu saja banyak bernyanyi juga membuat Reza Artamevia gampang merasa haus.
Agar rasa haus tidak terasa, rupanya pelantun lagu ‘Berharap Tak Berpisah’ ini memiliki trik tersendiri agar mampu menahan haus selama bulan Ramadan.
Trik yang digunakan Reza Artamevia ini bisa dibilang cukup unik.
Baca Juga: Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Mengutip dari grid.id, Reza menaruh sedikit garam di lidahnya dan membiarkan garam meleleh dengan sendirinya di mulut.
Ia telah membuktikan sendiri dan menurutnya garam mampu mengurangi rasa haus.
"Caranya gampang, ambil garam di tangan, terus jilat dan dibiarin saja. Insyaallah enggak haus," ujarnya.
Berbicara tentang garam, apakah benar garam mampu mengurangi rasa haus?
Baca Juga: Jarang Tersorot Media Ternyata Nycta Gina dan Rizky Kinos Pernah Berantem Pas Lagi Ini
Melansir dari medicalxpress.com, dikatakan bahwa garam memang terbukti mampu mengurangi rasa haus, namun sebaliknya justru membuat perut terasa lapar.
Dalam Journal of Clinical Investigation, ditemukan bahwa asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
Bagaimana bisa?
Menurut sebuah buku, ekskresi garam makanan dapat menyebabkan hilangnya air di dalam urin dan dengan demikian juga mengurangi kadar air tubuh.
Baca Juga: Bangun Restoran dengan Ruangan Tersembunyi, Sule Terciduk Tengah Bermesraan dengan Naomi di Dalamnya
Namun yang ditemukan para peneliti bukanlah hal itu.
Sebaliknya, mereka menunjukkan bahwa prinsip biologis ekskresi garam sebenarnya adalah konservasi air dan produksi air.
Mengapa di awal dikatakan bahwa mengonsumsi banyak garam dapat meningkatkan rasa lapar, karena untuk menghemat air dalam menjalani proses ekskresi garam, dibutuhkan banyak energi.
Alhasil, tubuh harus mengonsumsi lebih banyak kalori.
Baca Juga: Beda Jauh dari yang Tampak di TV, Terbongkar Sifat Asli Andhika Pratama: 'Banyak Orang Ketipu'
"Inilah awal mula terjadinya kecenderungan makan berlebih," kata Jens Titze, profesor kedokteran dan Fisiologi Molekuler dan Biofisika.
Mungkin itulah sebabnya para peserta dalam penelitian mengeluh bahwa mereka lapar.
Sedangkan, pada tahun 2009 dan 2011, Titze dan rekan-rekannya melakukan studi untuk menguji keseimbangan natrium jangka panjang di kosmonot Rusia yang berpartisipasi dalam program simulasi penerbangan luar angkasa.
Tanpa diduga, ketika konsumsi garam ditingkatkan dari enam menjadi 12 gram sehari, para peserta simulasi menjadi minum lebih sedikit air.
Dalam studi berikutnya yang dilakukan pada tikus, para peneliti menunjukkan bahwa konsumsi garam yang tinggi dapat menginduksi keadaan katabolik yang didorong oleh glukokortikoid yang memecah protein otot, yang kemudian diubah menjadi urea oleh hati.
Urea memungkinkan ginjal menyerap kembali air dan mencegah kehilangan air saat garam dikeluarkan.
Konservasi air sebagai respons terhadap konsumsi garam yang tinggi dikatakan memiliki konsekuensi patologis.
Peningkatan kadar glukokortikoid menjadi faktor yang dapat menyebabkan diabetes, obesitas, osteoporosis, dan penyakit kardiovaskular.
Source | : | Grid.id,Medicalxpress.com |
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR