Nakita.id - Baru-baru ini ada kisah seorang remaja yang tubuhnya melepuh dan terasa terbakar setelah mendapatkan pengobatan atas penyakit epilepsinya.
Melansir sari Mirror.co.uk (29/5/2019) seorang remaja berjuang untuk hidupnya ketika kulitnya terbakar dari dalam ke luar karena reaksi yang jarang terhadap sebuah pengobatan.
Danika Heron, kulitnya melepuh dan hampir mati karenanya.
Baca Juga: Mbah Mijan Sebut Aurel Hermansyah dan Verrel Bramasta Bisa Nikah Karena Ini
Dia sebelumnya mendapatkan resep obat untuk epilepsi, tetapi satu-satu reaksi beracun membuatnya merasa seperti sedang dibakar hidup-hidup.
Dia terkena Sindrom Stevens Johnson (SJS) dan TENS - Toxic Epidermal Necrolysis Syndrome - yang menyebabkan luka bakar parah pada organ dan kulitnya.
Reaksi langka menyebabkan luka bakar hingga lebih dari 50% dari tubuhnya menyebabkan kulitnya lecet hingga keropeng.
Baca Juga: Sungguh Mulia! Gagal Jadi Dokter, Ani Yudhoyono Beralih Ambil Jurusan Ilmu Politik Karena Alasan Ini
Bibirnya membengkak begitu banyak hingga pecah dan tubuhnya dibalut dari atas hingga tubuh bagian bawah.
Mulanya, Danika didiagnosis menderita epilepsi ketika dia berusia 18 tahun dan dia diresepkan dua obat yang berbeda sesaat sebelum ulang tahunnya yang ke-19.
Reaksi pengobatan itu mulai terjadi pada ulang tahunnya yang ke-19, bulan Mei lalu.
Danika dari New South Wales, Australia, memperhatikan mata dan bibirnya bengkak.
Muncul juga ruam kecil di dadanya yang dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh.
Baca Juga: Hati-hati! Makanan Enak Ini Bisa Sebabkan Leukemia Seperti yang Diderita Ani Yudhoyono
Lalu ia pergi ke rumah sakit di Sydney, di sana dokter awalnya salah mendiagnosis kondisinya sebagai Herpes dan menyuruhnya pulang.
Selama empat hari, gejala Danika semakin memburuk dan ibunya Carmen Heron membawanya ke rumah sakit lain di New South Wales.
Sementara di sana Danika didiagnosis dengan penyakit kaki dan mulut, campak dan cacar air.
Setelahnya Danika kembali dites dan dinyatakan menderita SJS dan ia dilarikan ke rumah sakit di Sydney untuk perawatan.
Carmen berkata bahwa kondisi Danika sangat langka dan parah, bahkan ia menangis melihat sang anak mengalami hal tersebut.
"Dia tampak seperti kematian yang memanas, ruam menutupi tubuhnya, bibirnya besar dan mata dan bibirnya menangis.
"Selama beberapa hari berikutnya kondisinya semakin memburuk, dia tidak bisa bernapas lehernya membengkak sehingga dia bahkan tidak bisa minum," ujar Carmen.
Danika menghabiskan hampir sebulan di rumah sakit ketika seluruh tubuhnya melepuh, mulutnya menyatu dan dia kehilangan lapisan atas kulitnya di wajah, dada, punggung, dan lengannya.
Baca Juga: Terima Lisensi Terbangnya Dicabut, Pakar Mikro Ekspresi Bongkar Isi Hati Vincent Raditya Sebenarnya
Dia berjuang untuk bernafas dan harus diberi makan melalui tabung ketika kondisinya memporak-porandakan tubuhnya, membakarnya dari dalam hingga membuatnya muntah kulit dan darah.
Hasil biopsi (proses mengambil sebagian jaringan tubuh) Danika menunjukkan ia didiagnosis dengan TENS.
Mereka (petugas medis) perbandingan manusia terkena SJS adalah 1:1juta dan bahkan lebih jarang untuk TENS, 1 dari 3 penderitanya bisa mati dan bisa kambuh kembali sekitar 40 persen.
Tidak ada obat yang diketahui untuk SJS atau TENS sehingga Danika terpaksa berjuang untuk hidupnya karena kondisinya berjalan dengan sendirinya.
Baca Juga: Kisah Beberapa Anak Yatim Piatu yang Baru Pertama Kali ke Mall Hingga Buat Seorang Karyawan Menangis
Penderita SJS diperlakukan seperti korban luka bakar dan diberikan pereda nyeri dan penggantian cairan.
Danika menghabiskan total tiga setengah minggu di rumah sakit untuk melawan kondisi yang mengancam jiwa itu.
"Saya tidak ingat banyak tentang minggu pertama, saya hanya ingat saya sangat kesakitan, saya merasa seperti terbakar. Itu membuatku takut karena aku tidak menyadari betapa buruknya sampai aku melihat foto-fotoku.
Baca Juga: Para Artis Papan Atas Ini Makan di Warung Pinggir Jalan hingga Traktir Pengunjung
"Setelah saya meninggalkan rumah sakit, rambut saya mulai rontok dan kuku jari tangan dan kaki saya juga. Saya memiliki mata kering yang parah, berjuang untuk menelan kadang-kadang dan kulit saya masih ada sedikit bekas luka tetapi saya berharap itu akan sembuh pada waktunya. Saya hanya bersyukur berada di sini (di rumah), saya senang berada di rumah dan saya berharap untuk kembali normal lagi,"
"Saya pikir perlu lebih banyak dilakukan meningkatkan kesadaran atas SJS dan TENS, perlu ada lebih banyak penelitian tentang kondisi dan lebih banyak pelatihan di rumah sakit karena penyakit itu sangat jarang sehingga tidak mudah untuk mendiagnosis. Saya pikir harus ada peringatan pada obat-obatan, label yang bisa menimbulkan gejala penyakit itu sehingga orang tahu apa yang harus mereka lakukan jika mereka mengalami salah satu dari penderita,"
Baca Juga: Kisah Beberapa Anak Yatim Piatu yang Baru Pertama Kali ke Mall Hingga Buat Seorang Karyawan Menangis
"Ini mungkin penyakit yang jarang tetapi saya tidak berharap kondisi ini terjadi pada siapa pun dan saya pikir kita harus melakukan segala yang kami bisa untuk mencegah orang melalui apa yang saya alami." jelas Danika panjang lebar.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | mirror.co.uk |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR